Senin, 24 Desember 2012

Akuntansi (Definisi)


TUGAS AKUNTANSI
PE-AKUNTANSI 2011 A



                   






Pembimbing : Dra.Heny Sri Astusi, M. Pd
Penyusun : Muhimmatul Fithriyah








Universitas PGRI Ronggolawe Tuban
Jl. Manunggal No. 61 Telp. (0356) 322233 Fax.(0356) 331578 Tuban

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Ungkapan terima kasih saya sampaikan kepada Dra.Heny Sri Astuti, M. Pd selaku dosen pembimbing saya, sebagai dosen yang telah memberikan banyak saran, petunjuk dan dorongan dalam melaksanakan tugas ini dan kepada penyusun buku referensi dan courseware  yang saya gunakan yaitu Akuntansi Keuangan dari Politeknik Telkom, Bandung.
Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran saya harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.
Sekian dan terima kasih, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.





Tuban, 30 Juni 2012



Muhimmatul Fithriyah













 KATA PENGANTAR ..................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... iv
1 LAPORAN KEUANGAN ...................................................... 2
1.1 Pengertian laporan keuangan ....................................................................... 2
1.1.1 Fungsi laporan keuangan ............................................................................... 2
1.1.2 Klasifikasi perkiraan (classification of account) ........................................ 2
1.2 Jenis laporan keuangan .................................................................................. 3
1.2.1 Laporan laba rugi ............................................................................................ 3
1.2.3 Laporan perubahan ekuitas : ........................................................................ 3
1.2.4 Neraca .............................................................................................................. 4
1.2.5 Laporan Arus Kas........................................................................................ 5
2 KAS KECIL ........................................................................... 7
2.1 Pemahaman Kas ........................................................................................... 7
2.2 Kas Kecil ....................................................................................................... 8
3 a.REKONSILIASI LAPORAN BANK ..................................... 12
   b.VOUCHER..............................................................................21
4 PIUTANG USAHA .............................................................. 21
4.1 Piutang (Account Receivable) ................................................................... 21
4.2 Piutang Tak Tertagih (Kerugian Piutang) : ............................................. 22
5 PIUTANG WESEL ............................................................... 22
6 PERSEDIAAN BARANG ..................................................... 22
6.1 Pengertian Persediaan Barang .................................................................. 22
6.2 Metode Pencatatan Atas Persediaan ....................................................... 22
6.2.1 Metode Fisik / Periodik .............................................................................. 22
6.2.2 Metode Buku / Perpetual .......................................................................... 23
6.3 Arus Harga Pokok (AHP) .......................................................................... 23
7 AKTIVA TETAP BERWUJUD ............................................ 27
7.1 Pengertian Aktiva Tetap Berwujud ......................................................... 27
7.2 Perolehan Aktiva Tetap ............................................................................. 27
8 AKTIVA TIDAK BERWUJUD ............................................ 27
8.1 Pengertian Aktiva Tidak Berwujud .......................................................... 28
9 PENYUSUTAN ........................................ 28
9.1 Penyusutan (Depresiasi) .......................................................................... 28
10 UTANG JANGKA PENDEK ............................................... 28                 
10.1 Definisi Utang ............................................................................................... 28
10.2 Taksiran Utang .............................................................................................. 29
10.3 Utang Bersyarat (Contingent Liabilities) ................................................. 29
11 UTANG JANGKA PANJANG ............................................ 29
11.1 Utang Jangka Panjang ................................................................................... 29
11.2 Utang Obligasi............................................................................................... 30
12 LABA DITAHA DAN DEVIDEN ...................... 30
12.1 Laba Di Tahan...............................................................................................30
12.2 Deviden.......................................................................................................... 31







1. LAPORAN KEUANGAN
1.1 Pengertian laporan keuangan
Merupakan laporan mengenai posisi kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan serta informasi lainnya yang diperlukan oleh pemakai informasi akuntansi.
1.1.1 Fungsi laporan keuangan
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan (aktiva, kewajiban dan ekuitas.
b. Menyediakan informasi mengenai kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai informasi akutansi dalam pengambilan keputusan.
1.1.2 Klasifikasi perkiraan (classification of account)
Perkiraan-perkiraan yang ada dalam laporan keuangannya harus diklasifikasikan menurut karakteristik umum, yaitu :
Aktiva (Assets)
Setiap barang fisik (berwujud) atau hak (tidak berwujud) yang mempunyai nilai uang adalah aktiva. Penyajiannya dalam neraca, Aktiva dapat dibedakan menjadi :
1. Aktiva Lancar (current assets) merupakan akun-akun yang diharapkan dapat dicairkan menjadi uang kas atau dijual atau dihabiskan, biasanya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun atau kurang, melalui operasi normal perusahaan. Disamping uang Kas, yang termasuk aktiva lancar adalah Bank, Piutang, Persediaan Barang Dagang, Sewa yang dibayar dimuka, dan lain sebagainya.
2. Aktiva Tetap (plant assets atau fixed assets) adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam perusahaan yang sifatnya permanen atau relatif tetap yang meliputi Peralatan, Mesin, Kendaraan, Bangunan dan Tanah. Kecuali tanah, aktiva tetap lain secara bertahap mengalami penyusutan atau kehilangan kegunaannya dengan berlalunya waktu.
Biasanya No. akunnya diawali dengan angka 1        
Kewajiban (Liabilities)
Kewajiban merupakan hutang kepada pihak luar (kreditor) dan biasanya dalam neraca ditambahkan kata “Payable”. Dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu
1. Kewajiban Jangka Pendek (current payable) merupakan kewajiban yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dekat biasanya dalam 1 (satu) tahun atau kurang, contoh : Hutang usaha, wesel bayar, hutang gaji, hutang bunga dan hutang pajak.
2. Kewajiban Jangka Panjang (long-term liabilities) merupakan kewajiban yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu yang relatif lama biasanya lebih dari satu tahun, contoh hutang hipotik dan hutang obligasi.
Biasanya No. akunnya diawali dengan angka : 2
Modal Pemilik (Owner’s Equity)
Modal pemilik merupakan klaim residu terhadap aktiva perusahaan setelah total kewajiban dikurangkan. Untuk perseroan disebut modal pemegang saham (stockholders’ equity). Untuk perusahaan perseroan Modal saham (capital stock) merupakan investasi pemegang saham. Laba Yang Ditahan (Retained Earning) merupakan laba bersih yang ditahan dalam perusahaan. Dividen (dividens) merupakan pembagian laba kepada pemegang saham untuk perusahaan perseroan., Sedangkan untuk perseorangan Modal (capital) adalah modal pemilik dalam perusahaan perseorangan. Pengambilan Pribadi (Prive / Drawing) merupakan jumlah pengambilan yang dilakukan oleh pemilik perusahaan perseorangan.
Biasanya No. akunnya diawali dengan angka : 3
Pendapatan (Revenue)
Pendapatan merupakan kenaikan kotor (Gross) dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa dari para langanan atau klien, penyewaan harta, peminjaman uang dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan umtuk memeproleh penghasilan. Istilah lainnya : Penjualan, Honorarium Profesi, Pendapatan Komisi, Hasil
Penjualan Karcis dan Pendapatan Bunga. Bila suatu perusahaan mempunyai beberapa jenis pendapatan, hendaknya setiap jenis pendapatan dicatat dalam perkiraan terpisah.
Biasanya No akun diawali dengan angka : 4
Beban (Expense)
Beban merupakan biaya yang telah dipakai dalam proses untuk menghasilkan pendapatan, disebut juga biaya yang talah dipakai (expired cost). Beban sangat bervariasi, seperti beban gaji, beban iklan, beban penyusutan dan sebagainya.
Biasanya No. akun diawali dengan angka : 5
1.2 Jenis laporan keuangan
1.2.1 Laporan laba rugi
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dengan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan.
Dalam laporan rugi laba terdapat beberapa istilah yang sering digunakan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan (Revenue) Adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya, bisa merupakan kombinasi keduanya selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan perusahaan. 2. Biaya (Expense) Adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang, bisa merupakan kombinasi keduanya selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan perusahaan. 3. Penghasilan (Income) Adalah selisih penghasilan-penghasilan sesudah dikurangi biaya-biaya. Bila pendapatan lebih kecil daripada biaya, selisihnya sering disebut rugi. 4. laba (profit) Adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama perusahaan dan transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu kecuali kenaikan modal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik, seperti pada laba yang timbul dari penjualan aktiva tetap. 5. Rugi (Loss) Adalah penurunan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama perusahaan dan transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu kecuali yang timbul dari biaya atau distribusi pada pemilik, seperti pada rugi penjualan surat berharga.
6. Harga Perolehan (Cost) Adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul untuk memperoleh barang atau jasa. Jumlah ini pada saat terjadinya transaksi akan dicatat sebagai aktiva, seperti pada pembelian mesin, dan pembayaran uang muka sewa. Dalam akuntansi biaya harga perolehan juga dapat berarti harga pokok atau biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat barang.
1.2.3 Laporan perubahan ekuitas : Di samping penyusunan neraca dan laporan laba rugi, pada akhir periode akuntansi biasanya juga disusun laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal perusahaan. Perusahaan dengan bentuk perseroan, perubahan modalnya ditunjukkan di dalam laporan laba ditahan (retained earnings). Di dalam laporan ini ditunjukkan laba ditahan awal periode, ditambah dengan laba seperti yang tercantum di dalam laporan perhitungan laba rugi dan dikurangi dengan dividen yang diumumkan selama periode yang bersangkutan. Karena laporan laba rugi dapat disusun dengan cara all inclusive atau current operating performance, maka susunan laporan laba tidak dibagi juga akan berbeda, tergantung kepada laporan perhitungan laba rugi. Apabila laporan perhitungan laba rugi disusun dengan cara all inclusive maka di dalam laporan laba ditahan hanya menunjukkan:  saldo laba tidak dibagi awal periode  ditambah laba neto dan elemen-elemen luar biasa  ditambah atau dikurangi koreksi kesalahan  dikurangi dividen yang diumumkan. Apabila laporan perhitungan laba rugi disusun dengan cara current operating performance maka elemen-elemen luar biasa akan nampak dalam laporan laba ditahan. Untuk lebih memberikan pemahaman berikut ini diberikan contoh-contoh laporan laba ditahan untuk melengkapi laporan perhitungan laba rugi dengan cara all inclusive maupun current operating performance.
1.2.4 Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva, atau dengan kata lain, aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan jumlah pasiva, di mana pasiva itu terdiri dari dua bagian kewajiban yaitu kewajiban kepada pihak luar yang disebut utang dan kewajiban terhadap pemilik perusahaan yang disebut modal. Bila disusun dalam bentuk persamaan maka akan nampak bahwa: Aktiva = Utang + Modal Dalam pengertian aktiva selain dari barang-barang dan hak-hak yang dimiliki, di dalamnya termasuk juga biaya-biaya yang belum dibebankan dalam periode yang bersangkutan dan masih akan dibebankan pada periode-periode yang akan datang. Oleh karena itu, di dalam judul aktiva akan termasuk juga pos-pos kas, tagihan-tagihan, surat-surat berharga yang merupakan sumber uang dan pengeluaran-pengeluaran yang akan memberi manfaat di masa yang akan datang, sehingga pembebanannya juga ditunda seperti aktiva tetap, hak paten dan persekot-persekot biaya. Utang merupakan milik kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan jumlah-jumlah ini merupakan kewajiban perusahaan yang harus dilunasi. Cara pelunasan utang ini bermacam-macam dapat dilakukan dengan mengembalikan dengan uang atau dengan cara yang lain. Modal menunjukkan jumlah milik para pemilik yang ditanamkan dalam perusahaan. Jumlah ini timbul dari setoran para pemilik dan perubahan-perubahan nilai aktiva yang terjadi karena hasil usaha perusahaan. Modal ini bukan merupakan jumlah yang harus dilunasi, tetapi dalam hal likuidasi, para pemilik baru menerima pelunasan sesudah para kreditur dilunasi. Elemen-elemen dalam neraca biasanya dikelompokkan dalam suatu cara yang tujuannya adalah untuk memudahkan analisa. Biasanya aktiva dan utang akan dikelompokkan dalam kelompok lancar atau jangka pendek dan tidak lancar atau jangka panjang dalam bentuk aktiva tetap. Pengelompokkan seperti ini akan memungkinkan dihitungnya modal kerja perusahaan yaitu selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Selanjutnya adalah penggolongan aktiva dalam golongan aktiva, utang dan modal. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya aktiva dan utang dikelompokkan dalam kelompok lancar dan tidak lancar. Pengelompokkan seperti itu hanyalah merupakan suatu kelompok besar yang akan dirinci lebih lanjut. Susunan aktiva dan pasiva di dalam neraca adalah sebagai berikut:
 Golongan Harta-harta/Aktiva Aktiva lancar Investasi jangka panjang Aktiva tetap berwujud Aktiva tidak berwujud Aktiva/harta lainnya  Golongan Utang-utang dan Modal Sendiri Utang-utang: Utang-utang lancar Pendapatan yang diterima di muka Utang-utang jangka panjang Utang-utang lain Modal sendiri: Modal saham yang disetor Agio/disagio saham Cadangan-cadangan Laba tidak dibagi Ekuitas adalah perbedaan antara aktiva dengan utang dan merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik dan dalam suatu badan usaha ekuitas adalah hak dari pemilik. Dalam perusahaan perseorangan ekuitas ditunjukkan dalam satu rekening yang diberi nama ekuitas. Dalam perusahaan yang berbentuk firma ekuitas ditunjukkan dalam rekening ekuitas masing-masing anggota. Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan ekuitas ditunjukkan dengan rekening ekuitas yang terdiri dari beberapa elemen. Elemen ekuitas dalam perusahaan yang berbentuk persero adalah sebagai berikut: a. Modal Disetor Modal disetor adalah jumlah uang yang disetorkan oleh pemegang saham dan biasanya dibagi dalam 2 kelompok yaitu:  Modal saham, yaitu jumlah nominal saham yang beredar. Di dalam neraca cara mencantumkan modal saham beredar adalah sebagai berikut: Modal statuter Rp. xx (-) Saham dalam portepel Rp. xx Modal saham beredar Rp. Xx
 Agio/disagio saham, yaitu selisih antara setoran pemegang saham dengan nilai nominal saham. Agio adalah selisih di atas nominal, sedang disagio adalah selisih di bawah nominal. Di dalam neraca agio akan ditambahkan pada modal saham beredar sedangkan disagio dikurangkan. b. Laba ditahan Merupakan kumpulan laba tahun-tahun sebelumnya yang tidak dibagi sebagai dividen. Laba yang ditahan merupakan elemen modal yang berasal dari dalam perusahaan. Apabila laba ditahan saldonya debit akan disebut defisit. Saldo rekening laba ditahan sewaktu-waktu dapat diminta sebagai dividen oleh pemegang saham, untuk membatasi agar laba yang ditahan tidak diminta sebagai dividen seluruhnya, maka bisa dibuat cadangan-cadangan dari laba ditahan. Cadangan laba ditahan dapat digunakan untuk ekspansi, cadangan pelunasan obligasi, cadangan penurunan harga persediaan dan Iain sebagainya. Jumlah laba ditahan yang sudah dicadangkan tidak dapat diminta sebagai dividen. Di dalam neraca laba ditahan akan dicantumkan sebagai berikut: Laba ditahan: Untuk ekspansi Rp. xx Untuk pelunasan obligasi Rp. xx Sisa laba ditahan Rp. xx Rp. xx c. Modal Penilaian Kembali Apabila diadakan penilaian kembali terhadap aktiva-aktiva perusahaan, maka selisih antara nilai buku lama dengan nilai buku yang baru dicatat sebagai modal penilaian kembali. Di dalam neraca, modal penilaian kembali dilaporkan dalam kelompok modal dan dijumlahkan dengan elemen-elemen modal yang lain. d. Modal Sumbangan Modal sumbangan ini timbul apabila perusahaan memperoleh aktiva yang berasal dari sumbangan. Aktiva yang diterima dicatat dalam rekening aktiva dengan cara yang biasa dan diimbangi dengan pencatatan dalam rekening modal sumbangan. Di dalam
neraca modal sumbangan dilaporkan dalam kelompok modal dan dijumlahkan dengan elemen-elemen modal yang lain.
1.2.5 Laporan Arus Kas Perusahaan wajib menyusun laporan arus kas dan menjadikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan atau integral dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas. Kas meliputi uang tunai (cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash equivalent). Kas adalah adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu periode.
Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Dagang :
Veiia Komputer
Laporan Laba-Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember
Pendapatan dari Penjualan
Penjualan 720.185
Dikurangi :
Retur & potongan penjualan 6.140
Diskon Penjualan 5.790 11.930
Penjualan Bersih 708.255
Harga Pokok Penjualan 525.305
Laba Kotor 182.950
Beban operasi :
Beban penjualan :
Beban gaji penjualan 60.030
Beban iklan 10.860
Beban penyusutan-
Peralatan toko 3.100
Beban penjualan rupa2 630
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
14 Laporan Keuangan
Total beban penjualan 74.620
Beban Administrasi
Beban gaji kantor 21.020
Beban sewa 8.100
Beban penyusutan-
Peralatan kantor 2.490
Beban Asuransi 1.910
Beban perlengkapan kantor 610
Beban administrasi rupa2 760
Total beban administrasi 34.890
Total beban operasi 109.510
Laba dari operasi 73.440
Pendapatan lain-lain
Pendapatan bunga 3.800
Pendapatan sewa 600
Total pendapatan lain-lain 4.400
Beban lain-lain :
Beban bunga 2.440 1.960
Laba bersih 75.400
Majesty Komputer
Laporan Ekuitas Pemilik
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember
Modal Pat King, 1 Januari 153.800
Laba bersih selama setahun 75.400
Dikurangi penarikan 18.000
Kenaikan ekuitas pemilik 57.400
Modal Mayesty, 31 Desember 211.200
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Laporan Keuangan 15
Mayesty Komputer
Neraca
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember
AKTIVA
Aktiva Lancar :
Kas 52.950
Wesel tagih 40.000
Piutang usaha 60.880
Piutang bunga 200
Persediaan barang dagang 62.150
Perlengkapan kantor 480
Asuransi dibayar dimuka 2.650
Total Aktiva Lancar 219.310
Properti, bangunan dan peralatan :
Tanah 10.000
Peralatan toko 27.100
Dikurangi akumulasi penyusutan 5.700 21.400
Peralatan Kantor 15.570
Dikurangi akumulasi penyusutan 4.720 10.850
Total Properti, bangunan dan peralatan 42.250
Total Aktiva 261.560
KEWAJIBAN
Kewajiban lancar :
Utang usaha 22.420
Wesel bayar (bagian lancar) 5.000
Utang gaji 1.140
Sewa diterima di muka 1.800
Total kewajiban lancar 30.360
Kewajiban jangka panjang :
Wesel bayar (jatuh tempo th. Depan) 20.000
Total Kewajiban 50.360
EKUITAS PEMILIK
Modal Pat King 211.200
Total Kewajiban dan ekuitas pemilik 261.560
2. KAS KECIL
Kas merupakan suatu alat pertukaran dan dapat digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Kas adalah bentuk aktiva yang tidak produktif oleh karena itu harus dijaga agar jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak ada idle cash.
2.1 Pemahaman Kas Kas merupakan suatu alat pertukaran dan dapat digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi, sedangkan dalam neraca kas merupakan aktiva yang terlancar dalam arti paling sering berubah serta kas dipengaruhi oleh hampir setiap transaksi dengan pihak eksternal. Selanjutnya kas adalah aktiva yang tidak produktif oleh karena itu harus dijaga supaya jumlah kas yang ada tidak terlalu besar sehingga tidak terjadi kas atau uang yang diam (idle cash). Pada konsep ekonomi daya beli uang bisa berubah-rubah yaitu naik atau turun tetapi kenaikan atau penurunan daya beli ini uang tetap tidak akan mengakibatkan penilaian kembali terhadap kas. Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya serta simpanan dalam bank yang dapat diambil sewaktu-waktu. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, cek yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, traveller's checks, cashier's checks, bank draft dan money order. Untuk dapat digolongkan sebagai kas biasanya dibatasi dengan pernyataan diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nominal, sehingga elemen-elemen yang tidak diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nominal tidak dikelompokkan dalam kas. Jika ada wesel tagih yang diserahkan ke bank untuk ditagihkan, maka wesel tagih ini tetap dicatat sebagai piutang wesel sampai dilunasi oleh yang membuat wesel. Cek mundur (post dated checks) tetap dicatat sebagai piutang sampai tanggal di mana cek tadi dapat diuangkan. Di Indonesia sering ditemui cek mundur yang diterima dipakai untuk membayar pada pihak lain. Dalam keadaan seperti ini cek mundur dicatat dalam rekening cek mundur yang termasuk dalam kelompok piutang. Surat-surat berharga seperti saham-saham dan obligasi mungkin dapat segera dijual dan menjadi uang tunai, tetapi sebelum dijual surat-surat berharga tersebut tidak termasuk kelompok kas. Sebelum dijual, surat berharga tetap dilaporkan sebagai investasi jangka pendek. Pada simpanan dalam bank di luar negeri menimbulkan perbedaan karena menggunakan mata uang yang berbeda. Oleh karena itu simpanan di bank luar negeri harus dikurskan dalam rupiah terlebih dahului dalam pelaporannya dan seringkali simpanan-simpanan di bank luar negeri tidak dapat diambil sewaktu-waktu oleh karenanya akan dilaporkan terpisah dalam neraca. Uang kas yang dibatasi penggunaannya, biasanya dalam bentuk dana, tidak dimasukkan dalam kas tetapi dilaporkan terpisah sebagai dana. Jika penggunaannya masih dalam waktu satu tahun, maka termasuk dalam kelompok aktiva lancar, tetapi jika tidak dapat digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran dalam waktu satu tahun, maka dilaporkan dalam kelompok aktiva tidak lancar. Kas kecil dan kas yang ada di cabang-cabang perusahan atau unit usaha termasuk dalam kas karena memenuhi batasan-batasan kas. Cek-cek yang sudah ditulis tetapi belum diserahkan kepada orang yang dibayar tidak dikeluarkan dari kas. Apabila pada waktu menulis cek sudah dikreditkan ke rekening kas maka pada akhir periode jika ceknya belum diserahkan dibuat jurnal untuk mendebit kembali rekening kas. Karena sifatnya yang sangat mudah untuk dipindahtangankan dan tidak dapat dibuktikan pemiliknya maka kas mudah digelapkan. Oleh karena itu perlu diadakan pengawasan yang ketat terhadap kas. Pada umumnya suatu sistem pengawasan intern terhadap kas akan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksanaan dan pencatatan karena tanpa adanya pemisahan fungsi seperti di atas, akan mudah menggelapkan uang kas. Karena bentuk dan jenis perusahaan ada bermacam-macam, maka sistem pengawasan intern suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan yang lain. Tetapi ada dasar-dasar tertentu yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan pengawasan terhadap kas. Dasar-dasar pengawasan tersebut antara lain adalah: 1. Penerimaan uang dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber yaitu dari penjualan tunai, pelunasan piutang atau dari pinjaman maka prosedur pengawasan yang digunakan adalah:  Menunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank.  Dilakukan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan kas.  Dilakukan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas. 2. Pengeluaran uang dalam suatu perusahaan itu adalah untuk membayar bermacam-macam transaksi. Apabila pengawasan tidak dijalankan dengan ketat seringkali jumlah pengeluaran diperbesar dan selisihya digelapkan untuk itu prosedur pengawasan yang digunakan adalah:  Semua pengeluaran uang menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaran-pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil.
 Dibentuk kas kecil yang diawasi dengan ketat.  Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti yang lengkap atau menggunakan sistem voucher.  Dilakukan pemisahan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek yang menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas.  Dilakukan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tentu.  Diharuskan membuat laporan kas harian. Proses pengawasan intern terhadap kas akan menimbulkan beberapa permasalahan seperti perlunya dibentuk kas kecil dan karena terdapat rekening giro bank maka perlu dilakukan rekonsiliasi antara saldo kas dengan saldo menurut laporan bank.
2.2 Kas Kecil Dana kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek. Dana ini diserahkan kepada kasir kas kecil yang bertanggung jawab terhadap pembayaran-pembayaran dari dana ini dan terhadap jumlah dana kas kecil. Jika jumlah kas kecil tinggal sedikit maka kasir kas kecil akan meminta agar dananya ditambah. Penambahan kas kecil kadang-kadang dilakukan setiap periode tertentu misalnya mingguan. Dalam pelaksanaannya kas kecil mengenal dua metode yaitu: 1. Metode Imprest Di dalam metode ini jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap, yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kas kecil untuk membentuk dana kas kecil. Oleh kasir kas kecil, cek tadi diuangkan ke bank dan uangnya digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran kecil. Setiap kali melakukan pembayaran kasir kas kecil harus membuat bukti pengeluaran. Apabila jumlah kas kecil tinggal sedikit dan juga pada akhir periode, kasir kas kecil akan minta pengisian kembali kas kecilnya sebesar jumlah yang sudah dibayar dari kas kecil. Dengan cara ini jumlah uang dalam kas kecil kembali lagi seperti semula. Pengisian kembali pada akhir periode perlu dilakukan agar biaya-biaya yang sudah dibayar dari kas kecil bisa dicatat karena dalam sistem imprest pengeluaran-pengeluaran kas kecil baru dicatat pada saat pengisian kembali. Pada waktu meminta pengisian kembali, kasir kas kecil akan menyerahkan bukti-bukti pengeluaran dan menerima cek sebesar pengeluaran yang sudah dibayar. Pengisian kembali ini dicatat dengan mendebit rekening yang sesuai untuk masing-masing pengeluaran yang dasarnya, adalah bukti-bukti pengeluaran dan kreditnya kas. Dengan cara ini saldo rekening kas kecil tidak akan berubah Yang membuat jurnal adalah bagian akuntansi. Kasir kas kecil bertanggung jawab atas uang yang diserahkan kepadanya. Apabila sebagian dari kas kecil sudah digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran maka bukti pengeluaran harus disimpan bersama dengan sisa uang yang ada dalam peti kas (cash box). Untuk menjaga agar dana kas kecil bisa memenuhi tujuannya, maka kas kecil tidak diperbolehkan untuk digunakan sebagai tempat penukaran cek-cek dari pegawai. Apabila diperbolehkan maka kas kecil akan berubah fungsinya sebagai tempat meminjam uang. Untuk mengetahui sisa uang yang ada dalam kas kecil, kasir kas kecil bisa membuat catatan kas kecil. Tetapi perlu diketahui bahwa catatan kasir kas kecil tadi bukannya buku jurnal tetapi merupakan catatan intern untuk kasir kas kecil. Prosedur akuntansi untuk dana kas kecil dengan sistem imprest dijelaskan adalah dalam ilustrasi sebagai berikut: PT Venni Jaya pada tanggal 1 Desember 2008 membentuk dana kas kecil sebesar Rp100.000,00. Pengeluaran kas kecil sampai tanggal 19 Desember 2008 sebesar Rp90.000,- dengan rincian sebagai berikut: Biaya angkut Listrik Telepon
Bahan pembantu kantor
Rp15.000,-
17.000,-
28.000,-
30.000.-
Pada tanggal 19 Desember 2007dilakukan pengisian kembali sebesar Rp90.000,-. Mulai tanggal 20 Desember sampai dengan 31 Desember 2008 pengeluaran kas kecil sebesar Rp80.000,- dengan rincian sebagai berikut:
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
24 Kas Kecil
Biaya kirim penjualan Langganan surat kabar Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak formulir
Rp25.000,-
4.750,-
30.850,-
19.000.-
Transaksi-transaksi tersebut akan dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut:
2008
01 Desember
19 Desember
Dana kas kecil
Kas
Biaya angkut
Biaya listrik
Biaya telepon
Biaya supplies kantor
Kas
Rp100.000,-
Rp15.000,-
17.000,-
28.000,-
30.000,-
Rp100.000,-
Rp90.000,-
31 Desember apabila dilakukan pengisian kembali kas kecil, maka jurnalnya sebagai berikut:
Biaya kirim penjualan
Surat kabar, majalah dan lain-lain
Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak
Kas kecil
Rp25.400,-
4.750,-
30.850,-
19,000,-
Rp80.000,- Apabila pada tanggal 31 Desember 2008 tidak dilakukan pengisian kembali maka kas kecil jumlahnya tinggal Rp20.000,- dan yang Rp80.000,- sudah dikeluarkan untuk membayar biaya-biaya. Karena tidak dilakukan pengisian kembali maka biaya-biaya sejumlah Rp 80.000,- tersebut belum dicatat. Oleh karena itu pada tanggal 31 Desember 2008 dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Kas Kecil 25
Biaya kirim penjualan
Surat kabar, majalah dan lain-lain
Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak
Kas kecil
Rp25.400,-
4.750,-
30.850,-
19.000,-
Rp80.000,- Pada hari kerja pertama tahun berikutnya yaitu tanggal 2 Januari dibuat jurnal penyesuaian kembali. Jurnal penyesuaian kembali ini dibuat agar saldo rekening kas kecil kembali seperti semula dan pengisian kembali kas kecil berikutnya bisa dicatat dengan cara yang sama seperti jurnal pengisian kembali sebelumnya. Jurnal penyesuaian kembali yang dibuat tanggal 2 Januari 2009 sebagai berikut:
Kas kecil
Biaya kirim penjualan
Surat kabar, majalah, dll
Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak
Rp80.000,-
Rp25.400,-
4.750,-
30.850,-
19.000,- Jurnal penyesuaian yang dibuat pada tanggal 31 Desember 2008 mengakibatkan saldo rekening kas kecil berubah, tetapi perubahan ini dikembalikan lagi pada tanggal 2 Januari 2009 dengan pembuatan jurnal penyesuaian kembali. Perubahan saldo rekening kas kecil dapat juga terjadi jika ada penambahan atau pengurangan jumlah kas kecil. Contoh pada ilustrasi sebelumnya kas kecil Rp100.000,- dirasakan terlalu besar dan diputuskan untuk menurunkan jumlahnya menjadi Rp75.000,- Penurunan jumlah kas kecil ini dijurnal sebagai berikut:
Kas
Kas kecil
Rp25.000,-
Rp25.000,-
Atau sebaliknya jika jumlah kas kecil Rp100.000,- dirasakan terlalu kecil dan diputuskan untuk menambahnya menjadi Rp150.000,00 maka jurnalnya sebagai berikut:
Kas kecil
Kas
Rp50.000,-
Rp50.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
26 Kas Kecil
Sesudah jurnal untuk menambah atau mengurangi kas kecil di atas dibukukan ke dalam rekening kas kecil maka rekening kas kecil akan menunjukkan saldonya yang baru.
2. Metode Fluktuasi
Dalam metode fluktuasi pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cara yang sama seperti dalam metode imprest. Perbedaannya dengan metode imprest adalah dalam metode fluktuasi saldo rekening kas kecil tidak tetap, tetapi berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil. Kalau dalam metode imprest pencatatan terhadap pengeluaran-pengeluaran kas kecil baru dilakukan pada saat pengisian kembali, dalam metode fluktuasi setiap terjadi pengeluaran uang dari kas kecil langsung dicatat. Jadi buku pengeluaran kas kecil mempunyai fungsi sebagai buku jurnal dan menjadi dasar untuk pembukuan ke rekening-rekening buku besar. Karena pencatatan dilakukan setiap kali terjadi pengeluaran, maka rekening kas kecil akan dikredit sebesar jumlah yang dikeluarkan. Pada saat pengisian kembali reke-ning kas kecil didebit sebesar uang yang diterima. Untuk memudahkan pemahaman dilustasikan sebagai berikut: PT Unggul Selalu membentuk dana kas kecil sebesar Rp100.000, pada tanggal 1 Desember 2008.
Transaksi-transaksi pengeluaran kas kecil sebagai berikut:
2008
2 Desember:
Membayar langganan harian Kedaulatan Rakyat
Rp 7.200,-
3 Desember:
Membayar biaya angkut pembelian bahan
45.000,-
4 Desember:
Membeli buku-buku, tinta dll untuk administrasi sebesar
17.800,-
7 Desember:
Membayar rekening listrik sebesar
14.000,-
10 Desember:
Dana kas kecil diisi kembali sebesar
75.000,-
Dengan menggunakan metode fluktuasi transaksi-transaksi di atas dicatat dengan jurnal-jurnal sebagai berikut:
1 Des:
Kas kecil
Kas
Rp100.000,-
Rp100.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Kas Kecil 27
2 Des:
Surat kabar, majalah dll
Kas kecil
Rp 7.200,-
Rp 7.200,-
3 Des:
Biaya angkut pembelian
Kas kecil
Rp 45.000,-
Rp 45.000,-
7 Des:
Biaya supplies
Kas kecil
Rp 17.800,-
Rp 17.800,-
9 Des:
Biaya listrik
Kas kecil
Rp 14.000,-
Rp 14.000,-
10 Des:
Kas kecil
Kas
Rp 75.000,-
Rp 75.000,-
Adapun rekening kas kecil akan tampak sebagai berikut:
KAS KECIL
2008
Desember 1
10
Rp100.000,-
75.000,-
2008
Desember 2
3
7
9
Rp7.200,-
45.000,-
17.800,-
14.000,-
Dari rekening kas kecil tampak bahwa saldonya berfluktuasi sesuai dengan penerimaan dan pengeluaran kas kecil. Pada tanggal 31 Desember tidak diperlukan pembuatan jurnal penyesuaian karena setiap terjadi pengeluaran kas kecil sudah tercatat.

3. REKONSILIASI LAPORAN BANK
Rekonsiliasi bertujuan untuk memeriksa ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank dan berguna untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran-pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Catatan kas akan menjadi pembanding dengan pencatatan bank pada proses rekonsiliasi bank.
Dalam perusaahan apabila setiap penerimaan uang disetor ke bank dan setiap pengeluaran uang kecuali yang jumlahnya relatif kecil menggunakan cek maka rekening kas akan dapat dibandingkan dengan laporan bank. Biasanya laporan bank diterima bulanan dan akan direkonsiliasikan dengan catatan kas. Rekonsiliasi laporan bank ini berguna untuk memeriksa ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank. Selain itu rekonsiliasi juga berguna untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran-pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Rekonsiliasi laporan bank sebaiknya dibuat oleh staf yang tidak mempunyai kepentingan terhadap kas, maksudnya agar penyusunan rekonsiliasi bank ini dapat digunakan untuk mengecek catatan-catatan kas dan bank. Dalam membuat rekonsiliasi laporan bank perlu diketahui bahwa yang direkonsiliasikan itu adalah catatan perusahaan dan bank, sehingga harus dibuat perbandingan antara keduanya agar dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang ada. Pembandingan ini dilakukan dengan cara debit rekening kas dibandingkan dengan kredit catatan bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom penerimaan, dan kredit rekening kas dibandingkan dengan debit catatan bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom pengeluaran. Pada umumnya mengapa rekonsiliasi bank harus dilakukan karena biasanya terdapat perbedaan antara saldo menurut catatan kas dengan saldo menurut laporan bank. Hal-hal yang menimbulkan perbedaan pencatatan adalah sebagai berikut: 1. Bagian-bagian yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank, seperti: a) Setoran yang dikirimkan ke bank pada akhir bulan tetapi belum diterima oleh bank sampai bulan berikutnya (setoran dalam perjalanan). b) Setoran yang diterima oleh bank pada akhir bulan, tetapi dilaporkan sebagai setoran bulan berikutnya, karena laporan bank sudah terlanjur dibuat (setoran dalam perjalanan). c) Uang tunai yang tidak disetorkan ke bank. 2. Bagian-bagian yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan, seperti: a) Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan, tetapi belum dicatat dalam buku perusahaan (jasa giro).
b) Penagihan wesel oleh bank, sudah dicatat oleh bank sebagai penerimaan tetapi perusahaan belum mencatatnya. 3. Bagian-bagian yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi bank belum mencatatnya seperti: a) Cek-cek yang beredar (outstanding checks) yaitu cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan dan sudah dicatat sebagai pengeluaran kas tetapi oleh yang menerima belum diuangkan ke bank sehingga bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran. b) Cek yang sudah ditulis dan sudah dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi ceknya belum diserahkan kepada yang dibayar maka cek tersebut belum merupakan pengeluaran oleh karena itu jurnal pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir periode. 4. Bagian-bagian yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh perusahaan seperti: a) Cek dari langganan yang ditolak oleh bank karena kosong tetapi belum dicatat oleh perusahaan. b) Bunga yang diperhitungkan atas saldo kredit kas (overdraft) tetapi belum dicatat oleh perusahaan. c) Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan. Disamping beberapa hal tersebut diatas perbedaan antara saldo kas dengan saldo menurut laporan bank bisa juga terjadi akibat kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini bisa timbul dalam catatan perusahaan maupun dalam catatan bank. Untuk dapat membuat rekonsiliasi laporan bank kesalahan-kesalahan yang ada harus dikoreksi. Rekonsiliasi bank dapat dibuat dalam dua cara sebagai berikut: 1. Rekonsiliasi saldo akhir yang bisa dibuat dalam bentuk: a) Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar. b) Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas. Contoh penyusunan laporan rekonsiliasi saldo akhir adalah sebagai berikut:
PT MULIA telah menerima rekening Koran dari BANK PELITA per 31 Agustus 2008 yang menunjukkan saldo sebesar Rp 1.340.000,- . Pada tanggal 31 Agustus 2008, perkiraan Kas di buku besar PT MULIA menunjukkan saldo sebesar Rp 691.600. Data yang berhubungan dengan rekonsiliasi bank adalah sbb:
a. Check- check yang masih beredar berjumlah Rp 2.350.000,-
b. Telah dikredit oleh Bank, jasa giro bulan Agustus 2002 sebesar Rp 8.500,-
c. Check No. 9003 sebesar Rp 157.000 dicatat dalam buku pengeluaran sebesar Rp 175.000. Sedangkan check No. 9022 sebesar Rp 240.000 dibukukan sebesar Rp 24.000. Semuanya untuk pembelian barang dagangan.
d. Setoran check sebesar Rp 1.200.000 pada tanggal 31 Agustus 2002 belum tercatat dalam rekening Koran bank.
e. Biaya Administrasi bank bulan Juli 2002 sebesar Rp 10.000
f. Bank telah mengkredit rekening PT MULIA atas kiriman uang sebesar Rp 257.900 yang diterima dari langganan untuk melunasi hutangnya.
g. Setoran check yang diterima dari Firma Makmur sebesar Rp 560.000 tanggal 28 Agustus 2002 telah ditolak karena saldo tidak mencukupi.
Diminta:
1. Buatlah Bank rekonsiliasi per 31 Agustus 2008
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
34 Rekonsiliasi Laporan Bank          
PT MULIA Rekonsiliasi bank Per 31 Agustus 2008 Saldo Catatan Perusahaan 691.600 Saldo Laporan bank 1.340.000 Direct collection by bank 257.900 Deposits in transit 1.200.000 Interest Income 8.500 Error 0 Error 18.000 284.400 1.200.000 976.000 2.540.000 Non Sufficient fund 560.000 Out standing Checks 2.350.000 Bank Service Charges 10.000 Error 0 Error 216.000 786.000 2.350.000 Correct book balance 190.000 Correct book balance 190.000
Jurnal Koreksi
Date
description
Debit
Kredit
31-8-2002
Cash
8.500
Intererest Income
8.500
Cash
18.000
Purchases
18.000
Purchases
216.000
Cash
216.000
Miscellaneous Administration
10.000
Cash
10.000
Cash
257.900
Account Receivable
257.900
Account Receivable
560.000
Cash
560.000
PT MULIA
Rekonsiliasi Bank
Per 31 Agustus 2002
Saldo Laporan Bank 1.340.000
Ditambah:
Deposits in transit 1.200.000
Error 0
1.200.000
Dikurangi:
Out standing Checks 2.350.000
Error 0
Jumlah - 2.350.000
Dikurangi:
Direct collection by bank 257.900
Interest Income 8.500
Error pengeluaran Over 18.000
Jumlah - 284.400
Ditambah:
Non Sufficient fund 560.000
Bank Service Charges 10.000
Error pengeluaran Under 216.000
Jumlah 786.000
Saldo kas perusahaan 691.000 2. Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir yang bisa dibuat dalam bentuk: a) Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas 4 kolom. b) Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar 8 kolom. Rekonsiliasi seperti ini biasanya dilakukan oleh akuntan pemeriksa auditor sebagai alat pengujian yang menyeluruh terhadap transaksi-transaksi kas. Dalam bentuk ini selain saldo awal dan saldo akhir akan dapat diketahui perbedaan jumlah penerimaan dan pengeluaran antara bank dengan catatan kas. Susunan kolom-kolomnya adalah saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir. Dalam mengerjakan rekonsiliasi bentuk ini diperlukan pengetahuan mengenai prosedur pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dan bank, karena prosedur yang digunakan akan mempengaruhi jumlah-jumlah yang akan direkonsiliasikan. Seperti dalam prosedur penerimaan kas dinyatakan bahwa cek-cek yang ditolak oleh bank dapat diperlakukan sebagai pengurang dalam jurnal penerimaan kas atau sebagai pengeluaran kas. Apabila diperlakukan sebagai pengurang jurnal penerimaan kas maka jumlah penerimaan menurut jurnal ini akan lebih kecil jika dibandingkan dengan jurnal penerimaan kas di mana cek kosong diperlakukan sebagai pengeluaran. Perbedaan prosedur seperti ini akan mempengaruhi rekonsiliasinya Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir bisa dibuat dalam dua bentuk yaitu 4 kolom dan 8 kolom. Jika dibandingkan dengan rekonsiliasi saldo akhir maka rekonsiliasi 4 kolom adalah perluasan dari rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas, sedang rekonsiliasi 8 kolom merupakan perluasan dari rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar. Oleh karena itu prosedur dalam membuat rekonsiliasi saldo akhir juga berlaku dalam rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir, hanya yang terakhir ini lebih komplek. Karena yang direkonsiliasikan dalam bentuk-bentuk berkolom ini adalah saldo akhir suatu periode yang menjadi saldo awal periode berikutnya, misalnya Desember dan Januari, penerimaan dan pengeluaran Januari serta saldo akhir Januari maka setiap elemen dalam rekonsiliasi ini akan mempengaruhi dua kolom, seperti setoran dalam perjalanan bulan Desember akan menambah saldo 31 Desember dan mengurangi penerimaan bulan Januari. Hal ini bisa terjadi karena bank mencatat setoran tadi dalam bulan Januari yang seharusnya merupakan setoran bulan Desember. Contoh prosesnya adalah sebagai berikut:
Dari catatan kas:
Saldo 31 Desember 2008
Rp 376.800,-
Penerimaan dlm bulan Januari 2009
1.480.700,-
Rp1.857.500,-
Pengeluaran dlm bulan Januari 2009
1.243.500,-
Saldo 31 Januari 2009
614.000,-
Dari laporan bank:
Saldo, 31 Desember 2008
Rp 381.100,-
Penerimaan selama bulan Januari 2009
1.408.700,-
Rp1.789.800,-
Pengeluaran selama bulan Januari 2009
1.243.100,-
Saldo 31 Januari 2009
Rp 546.700,-
Dari perbandingan laporan bank dan catatan kas
31 Des 2008
31 Jan 2009
Setoran dalam perjalanan
Rp160.000,-
Rp180.000,-
Cek yang bereda
172.400,-
161.200,-
Jasa giro
6.000,-
8.000,-
Biaya bank
1.200,-
1.600,-
Uang kas yang tidak disetor
40.000,-
Cek kosong (disetor kembali bulan Berikutnya)
12.000,-
14.000,-
Koreksi penerimaan piutang Rp101.200,-
Dicatat sebesar Rp102.100,-
900,-
Laporan rekonsiliasi yang disusun dari data di atas adalah sebagai berikut:
Rekonsiliasi Saldo Awal, Penerimaan, Pengeluaran dan Saldo Akhir (4 Kolom)
Rekonsiliasi Saldo Awal, Penerimaan dan Saldo Bank 31 Januari 2009
Keterangan
Saldo
31 Des 2008
Penerimaan
Jan 2009
Pengeluaran
Jan 2009
Saldo
31 Jan 2009
Per laporan bank
Rp381.100,
Rp1.408.700,
Rp1.243.100,
Rp546.700,
Setoran dalam perjalanan
31 Des 2008
160.000,
(160.000,)
31 Jan 2009
180.000,
180.000,
Cek yang beredar
31 Des 2008
(172.400,)
(172.400,)
31 Jan 2009
161.200,
(161.200,)
Jasa giro
31 Des 2008
(6.000,)
6.000,
31 Jan 2009
(8.000.)
(8.000,)
Biaya bank
31 Des 2008
1.200,
1.200,
31 Jan 2009
(1.600,)
1.600,
Kas yang tidak disetor:
31 Jan 2009
40.000,
40.000,
Cek kosong
31 Des 2008
12.000,
12.000,
31 Jan 2009
14.000,
14.000,
Koreksi penerimaan
31 Des 2008
900,
900,
Saldo kas
Rp376.800,
Rp1.480.700,
Rp1.243.500,
614.000,
Keterangan:
Setoran dalam perjalanan
31-12-08 Sudah dicatat sebagai penerimaan kas bulan Desember sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Desember 2008. Karena masih belum diterima oleh bank sampai dengan tanggal 31 Desember 2008, maka tidak termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Desember 2008. Jumlah Rpl60.000,- ini dicatat sebagai penerimaan bank bulan Januari 2009 sehingga termasuk dalam jumlah penerimaan Rp1.480.700,-. Di sini saldo bank tanggal 31 Desember 2008 ditambah dan penerimaan bank bulan Januari dikurangi sebesar Rp160.000,- agar sesuai dengan catatan kas.
31-1-09 Sudah dicatat sebagai penerimaan kas bulan Januari 2009 sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Karena sampai tanggal 31 Januari 2009 masih belum diterima oleh bank maka tidak termasuk dalam jumlah penerimaan Rp1.480.700,- dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009. Jumlah Rp180.000,- ini dicatat sebagai penerimaan oleh bank pada bulan Februari. Oleh karena itu dalam rekonsiliasi ini penerimaan bank bulan Januari dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009 ditambah sebesar Rp180.000,- agar sesuai dengan catatan kas.
Cek yang beredar
31-12-08 Sudah dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Desember, sehingga tidak termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Desember 2008. Cek-cek ini akan diuangkan ke bank pada bulan Januari sehingga termasuk dalam jumlah pengeluaran bank bulan Januari sebesar Rp1.243.000,-. Oleh karena itu saldo bank tanggal 31 Desember 2008 dan pengeluaran bank Januari dikurangi sebesar Rp172.400,- agar sesuai dengan catatan kas.
31-1-09 Sudah dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Januari, sehingga tidak termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Cek-cek ini baru diuangkan ke bank pada bulan Februari, sehingga tidak termasuk dalam pengeluaran bank bulan Januari. Oleh karena itu pengeluaran bank ditambah dan saldo bank 31 Januari 2009 dikurangi sebesar Rp161.200,- agar sesuai dengan catatan kas.
Jasa giro
31-12-08 Dicatat sebagai penerimaan kas pada bulan Januari sehingga tidak termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Desember 2008. Jasa giro ini ditambahkan oleh bank pada bulan Desember, oleh karena itu termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Desember 2008. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka saldo bank tanggal 31 Desember 2008 dikurangi dan penerimaan bank bulan Januari ditambah sebesar Rp6.000,-.
31-1-09 Jasa giro ini belum dicatat sebagai penerimaan kas bulan Januari sehingga tidak termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Oleh bank jasa giro ini ditambahkan sebagai penerimaan pada bulan Januari sehingga termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Januari 2009. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka penerimaan bank Januari dan saldo bank 31 Januari 2009 dikurangi sebesar Rp8.000,-.
Biaya bank
31-12-08 Dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Januari 2009 sehingga masih termasuk dalam saldo tanggal 31 Desember 2008. Oleh bank biaya ini dibebankan sebagai pengeluaran bulan Desember, sehingga tidak termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Desember 2008. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka saldo bank 31 Desember 2008 dan pengeluaran bank Januari ditambah sebesar Rp1.200,-.
31-1-09 Dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Februari 2009 sehingga masih termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Oleh bank biaya ini dibebankan sebagai pengeluaran pada bulan Januari sehingga tidak termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Januari 2009. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas, maka pengeluaran bank bulan Januari dikurangi dan saldo bank 31 Januari 2009 ditambah sebesar Rp1.600,-.
Kas yang tidak disetor
31-1-09 Dicatat sebagai penerimaan kas pada bulan Januari 2009 sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Karena tidak disetor maka tidak termasuk dalam penerimaan bank Januari dan saldo bank 31 Januari 2009. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas, maka penerimaan bank bulan Januari dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009 ditambah sebesar Rp40.000,-.
Cek kosong
31-12-08 Dicatat sebagai penerimaan kas bulan Desember 2008 sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Desember 2008. Karena cek ini kosong oleh bank tidak diterima sebagai setoran dan dikembalikan ke perusahaan.. Oleh perusahaan cek kosong ini dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Januari. Sehingga perbedaan antara kas dan bank terletak pada saldo 31 Desember 2008 dan pengeluaran Januari 2009. Agar catatan bank sesuai dengan kas maka saldo bank tanggal 31 Desember 2008 dan pengeluaran bank bulan Januari ditambah sebesar Rp12.000,-. Apabila cek kosong yang dikembalikan oleh bank dicatat sebagai pengurangan dalam jurnal penerimaan kas bulan Januari maka perbedaan antara bank dengan kas terletak pada saldo 31 Desember 2008 dan penerimaan bulan Januari 2009 Untuk menyesuaikan catatan bank dan catatan kas maka saldo bank tanggal 31 Desember 2008 ditambah dan penerimaan bank di bulan Januari dikurangi sebesar Rp12.000,-.
31-1-08 Dicatat sebagai penerimaan kas bulan Januari sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Karena cek ini kosong oleh bank tidak diterima sebagai setoran dan dikembalikan ke perusahaan pada tanggal 31 Januari 2009. Oleh perusahaan cek kosong ini dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Februari. Oleh karena itu perbedaan antara kas dan bank terletak pada penerimaan Januari dan saldo 31 Januari 2009. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka penerimaan bank bulan Januari dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009 ditambah sebesar Rp14.000,-. Apabila cek kosong yang dikembalikan oleh bank dicatat sebagai pengurangan dalam jurnal penerimaan kas bulan Februari maka perbedaan antara bank dengan kas terletak pada penerimaan Januari dan saldo 31 Januari 2009. Penyesuaiannya sama dengan di atas.
Koreksi penerimaan
31-12-08 Penerimaan kas bulan Desember 2008 dicatat terlalu besar Rp900,00, sehingga saldo kas tanggal 31 Desember 2008 terlalu besar Rp900,-. Kesalahan ini berakibat pada saldo kas tanggal 31 Januari 2008 yang juga terlalu besar Rp900,00. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas, maka saldo bank tanggal 31 Desember 2008 dan 31 Januari 2009 ditambah sebesar Rp900,-.
Sesudah menyusun rekonsiliasi laporan bank, perlu dibuat jurnal untuk membetulkan catatan kas. Dari rekonsiliasi di atas yang dibuat koreksinya hanya elemen-elemen yang mempengaruhi saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Jurnal koreksi yang dibuat pada tanggal 31 Januari 2009 adalah sebagai berikut::
Kas
Rp8.000,-
Pendapatan jasa giro
Rp8.000,-
Biaya bank
Rp1.600,-
Pendapatan jasa giro
Rp1.600,-
Piutang
Rp14.000,-
Kas
Rp14.000,-
Piutang
Rp9.000,-
Kas
Rp9.000,-
Jurnal koreksi tersebut dapat dibuat menjadi satu jurnal gabungan sebagai berikut:
Biaya bank
Rp1.600,-
Piutang
14.900,-
Pendapatan jasa giro
Rp8.000,-
Kas
8.500,-
Apabila cek yang beredar tidak semuanya diuangkan ke bank pada bulan berikutnya, perbedaan antara pengeluaran bank dengan pengeluaran kas hanya sebesar cek yang belum diuangkan tadi. Perbedaan ini juga mempengaruhi saldo bank dengan saldo kas. Misalnya dari data rekonsiliasi di muka, dari cek yang beredar tanggal 31 Desember 2008 yang diuangkan ke bank pada bulan Januari hanya sebesar Rpl42.400,- sedang cek sebesar Rp30.000,- masih beredar sampai dengan tanggal 31 Januari 2009. Data di atas akan nampak dalam rekonsiliasi sebagai berikut:
Keterangan
Saldo
31 Des 2008
Penerimaan
Jan 2009
Pengeluaran
Jan 2009
Saldo
31 Jan 2009
Per laporan bank
Rp381.100,
Rp1.408.700,
Rp1.243.100,
Rp546.700,
Cek yang beredar
31 Desember 08
(172.400,)
(142.400,)
(30.000,)
31 Januari 2009
161.200,
(161.200,)
Keterangan:
Cek-cek sebesar Rp172.400,- sudah dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Desember 2005 sehingga tidak termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Desember 2008. Cek-cek sebesar Rp142.400,- diuangkan ke bank pada bulan Januari 2009 sehingga termasuk dalam jumlah pengeluaran bank sebesar Rp1.243.100,- Perbedaan antara bank dengan kas sebagai berikut:
Saldo bank tanggal 31 Desember 2008 lebih besar Rp172.400,- dibanding dengan saldo kas pada tanggal yang sama. Pengeluaran bank bulan Januari 2006 lebih besar Rp142.400,- dibanding dengan pengeluaran kas pada bulan yang sama, sehingga saldo bank tanggal 31 Januari 2009 lebih besar Rp30.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Rekonsiliasi Laporan Bank 43
dibandingkan dengan saldo kas pada tanggal yang sama. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka saldo bank tanggal 31 Desember 2008 dikurangi sebesar Rp172.400,- pengeluaran bank bulan Januari dikurangi sebesar Rp142.400,- dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009 dikurangi Rp30.000,00. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa saldo cek yang beredar tanggal 31 Januari 2006 sebesar Rp191.200,- terdiri dari cek yang dikeluarkan pada bulan Desember 2005 sebesar Rp30.000,- dan cek-cek yang dikeluarkan pada bulan Januari 2006 sebesar Rp161.200,-
VOUCHER
1.PENGERTIAN VOUCHER
Voucher adalah dokumen yang berisi keterangan ringkas transaksi, tanda telah diperiksa, dan persetujuan untuk dicatat dan dibayar.
      Voucher  adalah alat yang digunakan dalam suatu sistem pengendalian (Voucher System), dengan menggunakan objek tertentu dalam bentuk bebas sesuai dengan kebutuhan
      Sistem voucher kas adalah penggunaan semacam voucher atau formulir khusus untuk mencatat transaksi kas
4. PIUTANG USAHA
Penjualan barang-barang dan jasa-jasa dari perusahaan pada saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan barang atau jasa sampai saat diterimanya uang. Dalam tenggang waktu tersebut penjual mempunyai tagihan kepada pembeliatau disebut dengan piutang.
4.1 Piutang (Account Receivable)
Pengertian Piutang : hak perusahaan untuk menerima sejumlah kas dimasa datang akibat kejadian masa lalu atau semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.
Piutang dibagi atas :
1. Piutang Dagang (Trade Receivable) : piutang yang dihubungkan dengan aktivitas operasi normal sebuah bisnis, yaitu penjualan kredit barang atau jasa untuk pelanggan. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
2. Piutang Wesel (Notes Receivable) : piutang yang dibuktikan oleh janji tertulis formal untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu atau jumlah yang terutang bagi pelanggan dimana pelanggan dimaksud telah menerbitkan surat utang formal kepada perusahaan.
3. Piutang lain-lain (other Receivable) : jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancer. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan didalam investasi. Piutang lain-lain meliputi meliputi piutang bunga, piutang pajak dan piutang karyawan.
4.2 Piutang Tak Tertagih (Kerugian Piutang) :
Dalam realisasinya beberapa piutang tidak dapat ditagih. Metode paling sederhana untuk mengakui kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih adalah :
1. Mendebitkan beban seperti beban kerugian piutang (Doubtful Accounts Expense), Beban Piutang Tak Tertagih (Bad Debt Expense) atau beban piutang ragu-ragu (Uncollectible Acounts Expense), pendekatan ini disebut metode penghapusan langsung (direct write –
5. PIUTANG WESEL
Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Wesel dapat dipindahtangankan, jika wesel dipindahtangankan berarti yang membuat wesel akan membayar pada orang atau badan yang memegang wesel tersebut pada saat jatuh tempo. Wesel yang dapat dipindahtangankan dapat didiskontokan ke bank sebelum jatuh temponya. Seperti halnya piutang maka piutang wesel harus dipisahkan untuk wesel dagang, wesel dari pegawai dan Iain-lain. Wesel yang sudah jatuh tempo tetapi belum dilunasi harus dicatat terpisah dari wesel yang belum jatuh tempo, lazimnya dicatat dalam rekening piutang wesel menunggak. Piutang wesel dapat dipisahkan menjadi dua yaitu: 1. Piutang wesel tidak berbunga. 2. Piutang wesel berbunga.
6. PERSEDIAAN BARANG
6.1 Pengertian Persediaan Barang
Persedian adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali dalam aktivitas normal perusahaan atau untuk diproses terlebih dahulu kemudian dijual. Istilah persediaan digunakan untuk menyatakan suatu jumlah barang yang berwujud. Dalam perusahaan dagang hanya ada satu jenis persediaan yaitu persediaan barang dagangan (merchandise inventory).
Perusahaan dagang membeli barang kemudian dijual tanpa merubah bentuk, sedangkan perusahaan industri membeli bahan-bahan mentah yang selanjutnya diproses menjadi barang jadi. Dalam perusahaan industri terdapat 3 (tiga) jenis persediaan yaitu:
a. Bahan Baku (raw material inventory)
b. Barang dalam proses (work in process inventory)
c. Barang jadi (finished goods)
Bahan Baku (Raw Materials)
Bahan Baku/mentah adalah barang-barang yang dimiliki untuk dipergunakan dalam aktivitas proses produksi yang merupakan bagian terbesar yang terkandung dalam produksi tersebut. Misalnya pada perusahaan Tekstil, benang merupakan bagian terbesar dalam pembuatan kain yang terdapat pada pabrik tekstil.
Barang dalam proses (work in process/goods in process)
Barang dalam proses adalah barang-barang yang pada tanggal penyusunan neraca belum selesai dikerjakan dan perlu pengerjaan lebih lanjut. Persediaan ini biasanya terdiri dari 3 unsur yaitu : Bahan langsung, tenaga kerja langsung dan biaya produksi tidak langsung.
Barang Selesai (finished goods)
Barang Selesai adalah hasil produksi yang siap untuk dijual. Biaya barang selesai ini terdiri dari unsur bahan mentah/baku langsung, Tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tidak lanngsung.
6.2 Metode Pencatatan Atas Persediaan
Terdapat dua metode yang dapat digunakan pada pencatatan persediaan yaitu :
6.2.1 Metode Fisik / Periodik Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan (stock opname) ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam metode ini mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apa-bila persediaan akhir sudah dihitung.
6.2.2 Metode Buku / Perpetual
Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. Masing-masing kolom dirinci lagi untuk kuantitas dan harga perolehannya.
6.3 Arus Harga Pokok (AHP)                        
Pembelian Barang dagangan dalam satu periode dapat dilakukan berkali-kali, sehingga ada kemungkinan untuk pembelian barang dagangan yang sama tetapi harga belinya berbeda. Contoh : Transaksi-transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang dagangan selama bulan desember 2008 di PT Aneka.
Tgl 5 : Persediaan barang dagangan 10 Unit @ Rp 10 = Rp 100
Tgl 16 : Pembelian barang dagangan 75 Unit @ Rp 12 = Rp 900
Tgl 20 : Pembelian barang dagangan 20 Unit @ Rp 15 = Rp 300
Tgl 25 : Penjualan 80 Unit dengan harga jual @ Rp 30 = Rp 2400
Tgl 31 : Persediaan Barang dagangan akhir 25 unit
Masalahnya adalah :
1. Berapa Harga pokok penjualan tanggal 25 Desember ?
2. Berapa Harga pokok persediaan barang dagangan akhir sebanyak 25 unit ?
Untuk menjawab kasus diatas perlu diketahui bahwa metode AHP yang dianut perusahaan, apakah FIFO, LIFO atau AVERAGE.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 71
1. Metode Fisik / Periodik
a. FIFO
Maka HPP dari 80 Unit Penjualan Penjualan 80 Unit
Tanggal 5 10 Unit @ Rp 10 = Rp 100
Tanggal 16 70 Unit @ Rp 12 = Rp 840
HPP 80 Unit = Rp 940
Harga Pokok Persediaan Barang dagangan akhir :
Tanggal 16 5 unit @ Rp 12 = Rp 60
Tanggal 20 20Unit @ Rp 15 = Rp 300
Persd. akhir 25 Unit = Rp 360
Laba Kotor : Penjualan – HPP
2.400 - 940
Laba Kotor = Rp 1.460
b. LIFO
Penjualan 80 Unit
Tanggal 20 20 Unit @ Rp 15 = Rp 300
Tanggal 16 60 Unit @ Rp 12 = Rp 720
HPP 80 Unit = Rp 1.020
Harga Pokok Persediaan Barang dagangan akhir :
Tanggal 16 15 Unit @ Rp 12 = Rp 180
Tanggal 5 10 Unit @ Rp 10 = Rp 100
Persd Akhir 25 Unit = Rp 280
Laba Kotor = 2.400 – 1.020 = 1.380
c. Average                 
HPP 80 Unit x Rp 1.300 = Rp 960
105 Unit
Persediaan Akhir 25 Unit x (1300:105)= Rp 300
Laba Kotor : 2400 – 990 = 1.410
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
72 Persediaan Barang
2. Metode Buku / Perpetual
a. FIFO
Tgl
Pembelian
Penjualan
Persediaan
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
5
10
10
100
16
75
12
900
10
10
100
75
12
900
20
20
15
300
10
10
100
75
12
900
20
15
300
25
10
10
100
70
12
2100
5
12
60
20
15
300 Jml 95 1200 80 2400 25 360
HPP 940
Persediaan akhir 360
Laba Kotor 2400 – 940 = 1.460
b. LIFO
Tgl
Pembelian
Penjualan
Persediaan
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
5
10
10
100
16
75
12
900
10
10
100
75
12
900
20
20
15
300
10
10
100
75
12
900
20
15
300
25
20
15
300
60
12
720
10
10
100
15
12
180 Jml 95 1200 80 1020 25 280
HPP 1020
Persediaan akhir 280
Laba Kotor 2.400 – 1.020 = 1.380
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 73
c. Average
Tgl
Pembelian
Penjualan
Persediaan
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
5
10
10
100
16
75
12
900
85
12
1000
20
20
15
300
105
12
1300
25
80
12
960
25
12
300 Jml 95 1200 80 12 960 25 12 300
HPP 960
Persediaan akhir 300
Laba Kotor 2.400 – 960 = 1.440
7. AKTIVA TETAP BERWUJUD
Kendaraan, Tanah, Gedung, Meja, komputer merupakan salah satu contoh dari aktiva tetap. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang mempunyai bentuk fisik sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam aktivitas normal perusahaan yang normal. Aktiva tetap berwujud dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama.
7.1 Pengertian Aktiva Tetap Berwujud Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam aktivitas normal perusahaan. Istilah relatif permanen menunjukkan sifat di mana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama tetapi untuk tujuan akuntansi jangka waktu penggunaan ini dibatasi menjadi lebih dari satu periode akuntansi sehingga aktiva berwujud yang umumnya lebih dari satu periode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud. Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dan alat-alat, kendaraan, mebelair dan Iain-lain. Dari bermacam-macam aktiva tetap berwujud akuntansi mengelompokannya sebagai berikut: a. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, peralatan, kendaraan dan Iain-lain. b. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk usaha c. Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan Iain-lain.
7.2 Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Adapun cara perolehan aktiva tetap adalah sebagai berikut : 1. Pembelian Tunai. Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya di atas dikapitalisasi sebagai harga perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat atau tidak.
8. AKTIVA TIDAK BERWUJUD
Paten, hak cipta, merek dagang, franchise dan goodwill merupakan aktiva jangka panjangyang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva-aktiva ini dinamakan Aktiva tidak berwujud, karena tidak terlihat secara fisik.
8.1 Pengertian Aktiva Tidak Berwujud
Aktiva tidak Berwujud adalah aktiva yang tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini dapat berbentuk hak-hak khusus yang diharapkan menyumbang pendapatan yangh diperoleh perusahaan. Pada umumnya aktiva tidak berwujud mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Dalam akuntansi yang termasuk aktiva tidak berwujud antara lain Hak Paten, Hak cipta, merek dagang, franchise, kontrak sewa dan goodwill.
9. PENYUSUTAN
Depresiasi adalah sebagian dari harga peolehan aktiva tetap secara sistematis akan dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi sedangkan deplesi adalah berkurangnya harga perolehan sumber-sumber alam yang disebabkan oleh pengolahan sumber-sumber alam tersebut menjadi persediaan
9.1 Penyusutan (Depresiasi)
Secara berangsur-angsur aktiva yang dipakai walaupun telah dilakukan perbaikan nanti, suatu saat harus disingkirkan karena tidak dapat dipergunakan. Karena itu harga perolehan dari aktiva tersebut secara sistematis dialokasikan menjadi biaya untuk setiap periode akuntansi. Pengalokasian ini ditetapkan menurut umur dari aktiva tersebut.
Penyusutan (depresiasi) menyatakan taksiran mengenai penurunan jasa-jasa potesial dari aktiva selama umurnya. Jelaslah bahwa penyusutan tidak dipakai untuk menyatakan penurunan nilai pasar dan juga tidak pula menyatakan perubahan fisik. Istilah depresiasi khusus digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang dapat diganti, sepert gedung, mesin, peralatan, dan lain-lain. Istilah ini tidak dapat dipergunakan untuk menyatakan biaya untuk pemakaian aktiva-aktiva yang aus yang disebut deplesi dan juga tidak untuk aktiva tak berwujud yang disebut amortisasi. Istilah ini tidak pula dapat diterapkan untuk berkurangnya nilai aktiva akibat ketinggalan mode atau usang, penurunan/kemerosotan, dan kegugusan.
10 UTANG JANGKA PENDEK
Utang-utang yang menjadi kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan dalam
dua kelompok yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Pada
prinsipnya utang akan dicantumkan sebesar nilai tunai dari utang-utang
tersebut, tetapi pada umumnya utang jangka pendek akan dicantumkan
dengan jumlah sebesar nilai nominalnya
10.1 Definisi Utang
Definisi utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan
datang yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa
kini untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di
masa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu.
Utang-utang yang menjadi kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan dalam
dua kelompok yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Pada
prinsipnya utang akan dicantumkan sebesar nilai tunai dari utang-utang
tersebut, tetapi pada umumnya utang jangka pendek akan dicantumkan
dengan jumlah sebesar nilai nominalnya. Penyimpangan ini dilakukan dengan
dasar anggapan bahwa selisih antara nilai nominal dengan nilai tunainya relatif
kecil.
Batasan yang biasa digunakan untuk mengelompokkan utang adalah
jangka waktu pembayaran utang-utang tersebut. Apabila utang-utang itu akan
dibayar dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan atau dalam waktu satu
tahun maka dikelompokkan sebagai utang jangka pendek. Karena siklus usaha
perusahaan itu berbeda-beda, maka batasan dari utang jangka pendek adalah
sebagai berikut : Suatu kewajiban akan dikelompokkan sebagai utang jangka
pendek apabila pelunasannya akan dilakukan dengan menggunakan sumbersumber
aktiva lancar atau dengan menimbulkan utang jangka pendek yang
baru.
10.2 Taksiran Utang
Biasanya jumlah kewajiban dari suatu utang sudah dapat ditentukan,
baik dari kontrak maupun dari perhitungan dengan dasar suatu tarif tertentu.
Akan tetapi tidak semua utang dapat ditentukan jumlahnya, kadang-kadang
terdapat utang-utang yang sudah jelas harus dibayar, tetapi pada tanggal
neraca jumlahnya masih belum pasti. Karena jumlahnya masih belum jelas,
tetapi kewajibannya sudah«pasti maka pada tanggal neraca dilakukan
perhitungan jumlah kewajiban dengan cara taksiran.
Taksiran utang ini mungkin dikelompokkan sebagai utang jangka
pendek atau jangka panjang, tergantung pada saat pelunasan utang tersebut.
Jika pelunasannya segera, maka dikelompokkan sebagai utang jangka pendek,
tetapi jika pelunasannya akan dilakukan beberapa periode yang akan datang
maka dikelompokkan sebagai utang jangka panjang.
10.3 Utang Bersyarat (Contingent Liabilities)
Utang-utang bersyarat merupakan utang-utang yang sampai pada
tanggal neraca masih belum pasti apakah akan menjadi kewajiban atau tidak.
Utang-utang semacam ini timbul akibat kegiatan di masa yang lalu. Untuk
menentukan apakah suatu utang itu merupakan utang bersyarat atau taksiran
utang, dasarnya adalah kepastian timbulnya kewajiban. Jika kewajiban
membayar itu pasti timbul, walaupun jumlahnya belum pasti maka utang jenis
ini merupakan taksiran utang. Tetapi jika kewajiban membayar itu masih
belum pasti, mungkin jumlahnya sudah pasti atau mungkin juga belum pasti,
maka utang-utang seperti ini merupakan utang-utang bersyarat. Jadi
sesungguhnya perbedaan yang ada di antara taksiran utang dengan utang
bersyarat adalah kepastian timbulnya kewajiban membayar dan bukannya
mengenai kepastian jumlahnya. Yang termasuk dalam utang-utang bersyarat
adalah:
(a) Piutang wesel didiskontokan dan piutang dijaminkan.
(b) Endorsemen bersyarat atas wesel-wesel.
(c) Sengketa hukum.
(d) Tambahan pajak yang belum jelas kepastiannya.
(e) Jaminan terhadap utang anak perusahaan.
(f) Garansi terhadap penurunan harga barang-barang yang dijual.
Utang bersyarat dalam neraca bisa ditunjukkan dengan catatan kaki
atau dilaporkan dengan judul tersendiri, tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan
utang-utang yang lain.
11. UTANG JANGKA PANJANG
Utang jangka panjang digunakan untuk menunjukkan utang-utang yang
pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau akan
dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar. Utang
jangka panjang timbul karena adanya kebutuhan dana untuk pembelian
tambahan aktiva tetap, menaikkan jumlah modal kerja permanen, membeli
perusahaan lain atau dimungkinkan untuk melunasi utang-utang yang lain.
11.1 Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang adalah utang-utang yang pelunasannya akan
dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumbersumber
yang bukan dari kelompok aktiva lancar. Jenis utang jangka panjang
diantaranya adalah utang obligasi, utang wesel jangka panjang, utang hipotik,
uang muka dari perusahaan afiliasi, utang kredit bank jangka panjang dan Iainlain.
Utang jangka panjang timbul karena adanya kebutuhan dana untuk
pembelian tambahan aktiva tetap, menaikkan jumlah modal kerja permanen,
membeli perusahaan lain atau dimungkinkan untuk melunasi utang-utang yang
lain.
11.2 Utang Obligasi
Apabila perusahaan membutuhkan tambahan modal kerja tetapi tidak
dapat melakukan emisi saham baru, dapat dipenuhi dengan cara mencari utang
jangka panjang. Dalam hal sulit mencari utang yang jumlahnya besar dari satu
sumber, perusahaan dapat mengeluarkan surat obligasi. Surat obligasi ini akan
dapat dijual bila reputasi perusahaan cukup baik dan dipandang akan dapat
tetap berdiri selama jangka waktu beredarnya obligasi tersebut. Harga jual
obligasi tergantung pada tarif bunga obligasi. Semakin besar bunganya, harga
jual obligasi tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah
tingkat bunga obligasi harga jualnya akan semakin rendah. Pengeluaran obligasi
dari suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara penjualan langsung atau
melalui lembaga-tembaga keuangan.
Obligasi yang dikeluarkan dicatat dalam rekeningnya sebesar nilai
nominal. Dalam hal harga jual obligasi tidak sama dengan nominal, selisihnya
dicatat tersendiri yaitu bila dijual di atas nominal selisihnya dicatat dalam
rekening agio obligasi, jika harga jualnya di bawah nilai nominal, selisihnya
dicatat dalam rekening disagio obligasi.
Biaya penjualan obligasi diperhitungkan sebagai pengurang harga jual
dan tidak dicatat dalam rekening tersendiri. Apabila obligasi itu dikeluarkan
untuk menukar aktiva tetap, pencatatannya dilakukan dengan jumlah sebesar
harga jual obligasi. Harga jual ini dicatat sebagai harga perolehan aktiva tetap.
Jika harga jual obligasi tidak dapat diketahui, pencatatan dapat menggunakan
jumlah harga pasar (harga penilaian) aktiva tetap. Kalau harga jual obligasi atau
harga pasar aktiva tetap yang dijadikan dasar pencatatan utang obligasi itu
tidak sama dengan nilai nominal obligasi, selisihnya dicatat dalam rekening agio
atau disagio obligasi.        
12 LABA DITAHAN DAN DEVIDEN
Laba ditahan merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu
kumpulan laba dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi deviden yang
dibagi dan jumlah yang dipindahkan ke rekening modal. Laba rugi ini dapat
berasal' dari laba rugi usaha, laba rugi kegiatan yang tidak rutin dan koreksi
atas laba tahun-tahun lalu, bila rekening laba ditahan menunjukkan saldo debit
maka disebut defisit.
12.1 Laba Di Tahan
Laba ditahan merupakan elemen modal perseroan terbatas dan
merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu kumpulan laba
dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi deviden yang dibagi dan
jumlah yang dipindahkan ke rekening modal. Laba rugi berasal dari laba rugi
usaha, laba rugi kegiatan yang tidak rutin seperti laba penjualan aktiva tetap,
dan koreksi atas laba tahun-tahun lalu. Apabila rekening laba ditahan
menunjukkan saldo debit maka disebut defisit.
Laba ditahan dapat digunakan untuk beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Pembagian deviden.
2. Pembelian treasury stock.
3. Pembatasan laba ditahan untuk tujuan-tujuan tertentu (appropriations).
4. Rekapitalisasi.
5. Penyerapan kerugian.
Pencatatan laba ditahan hendaknya dipisahkan dari modal disetor agar
dapat diketahui sumber masing-masing modal. Walaupun laba ditahan itu
sebagian jumlahnya sudah dibatasi penggunaannya, tetapi keduanya tetap
termasuk dalam jumlah laba ditahan. Dalam neraca jumlah laba ditahan terdiri
dari dua golongan rekening yaitu:
a) Laba ditahan yang masih bebas
b) Laba ditahan yang sudah mempunyai tujuan penggunaan.
Apabila perusahaan mengadakan kuasi reorganisasi di mana defisit yang ada
dihapuskan dengan cara menurunkan nilai nominal saham, maka laba yang
diperoleh sesudah adanya reorganisasi semu harus diberi tanda sehingga
dapat diketahui bahwa laba ditahan itu merupakan hasil usaha sesudah adanya
reorganisasi semu.

12.2 Deviden
Yang dimaksud dengan deviden adalah pembagian kepada pemegang
saham perseroan terbatas yang sebanding dengan jumlah lembar yang
dimiliki. Biasanya deviden dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi
kadang-kadang diadakan pembagian deviden tambahan pada waktu yang bukan
biasanya. Apabila deviden yang dibagikan itu berbentuk selain uang tunai maka
akan dicatat dengan judul yang sesuai. Jika digunakan istilah deviden saja, maka
yang dimaksudkan adalah deviden kas. Deviden yang dibagi oleh perusahaan
bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut:
a) Deviden kas.
b) Deviden aktiva selain kas (property devidends).
c) Deviden utang (scrip devidends).
d) Deviden likuidasi.
e) Deviden saham.




                                                    Copyright @ 2009 Telkom Polytechnic. All rights reserved

1 komentar:

  1. Betway Casino Bonus Code | Get 125 Free Spins
    Get 125 chances to win up to ₹4,500 in bonuses on your first 삼척 출장안마 deposit! 문경 출장마사지 All you 서울특별 출장안마 need to do is deposit and play 강릉 출장안마 at 제주도 출장안마 Betway.

    BalasHapus