Pembimbing : Dra.Heny Sri Astusi, M. Pd
Penyusun : Muhimmatul Fithriyah
Universitas PGRI Ronggolawe Tuban
Jl. Manunggal No. 61 Telp. (0356) 322233
Fax.(0356) 331578 Tuban
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Ungkapan terima
kasih saya sampaikan kepada Dra.Heny Sri
Astuti, M. Pd selaku dosen
pembimbing saya, sebagai dosen yang telah memberikan banyak
saran, petunjuk dan dorongan dalam melaksanakan tugas ini dan kepada penyusun buku referensi dan courseware yang saya gunakan yaitu Akuntansi Keuangan
dari Politeknik Telkom, Bandung.
Dalam penyusunan
tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran saya harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini
dan untuk pelajaran bagi kita dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa
mendatang.
Sekian dan
terima kasih, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tuban, 30 Juni
2012
Muhimmatul Fithriyah
KATA PENGANTAR
..................................................................... iii
DAFTAR ISI
....................................................................................
iv
1 LAPORAN
KEUANGAN ...................................................... 2
1.1 Pengertian laporan keuangan
....................................................................... 2
1.1.1 Fungsi laporan keuangan
...............................................................................
2
1.1.2 Klasifikasi perkiraan
(classification of account) ........................................ 2
1.2 Jenis laporan keuangan
..................................................................................
3
1.2.1 Laporan laba rugi ............................................................................................
3
1.2.3 Laporan perubahan ekuitas :
........................................................................ 3
1.2.4 Neraca
..............................................................................................................
4
1.2.5 Laporan Arus
Kas........................................................................................
5
2 KAS KECIL
........................................................................... 7
2.1 Pemahaman Kas
...........................................................................................
7
2.2 Kas Kecil
.......................................................................................................
8
3 a.REKONSILIASI
LAPORAN BANK ..................................... 12
b.VOUCHER..............................................................................21
4 PIUTANG USAHA
.............................................................. 21
4.1 Piutang (Account Receivable)
................................................................... 21
4.2 Piutang Tak Tertagih
(Kerugian Piutang) : ............................................. 22
5 PIUTANG WESEL
............................................................... 22
6 PERSEDIAAN
BARANG ..................................................... 22
6.1 Pengertian Persediaan Barang
.................................................................. 22
6.2 Metode Pencatatan Atas
Persediaan ....................................................... 22
6.2.1 Metode Fisik / Periodik
..............................................................................
22
6.2.2 Metode Buku / Perpetual
.......................................................................... 23
6.3 Arus Harga Pokok (AHP)
.......................................................................... 23
7 AKTIVA TETAP
BERWUJUD ............................................ 27
7.1 Pengertian Aktiva Tetap
Berwujud ......................................................... 27
7.2 Perolehan Aktiva Tetap
.............................................................................
27
8 AKTIVA TIDAK
BERWUJUD ............................................ 27
8.1 Pengertian Aktiva Tidak
Berwujud .......................................................... 28
9 PENYUSUTAN ........................................
28
9.1 Penyusutan (Depresiasi)
.......................................................................... 28
10
UTANG JANGKA PENDEK ............................................... 28
10.1 Definisi Utang
...............................................................................................
28
10.2 Taksiran Utang
..............................................................................................
29
10.3 Utang Bersyarat
(Contingent Liabilities) ................................................. 29
11
UTANG JANGKA PANJANG ............................................ 29
11.1 Utang Jangka
Panjang ...................................................................................
29
11.2 Utang
Obligasi...............................................................................................
30
12 LABA DITAHA DAN DEVIDEN ...................... 30
12.1 Laba Di
Tahan...............................................................................................30
12.2 Deviden..........................................................................................................
31
1. LAPORAN
KEUANGAN
1.1 Pengertian laporan
keuangan
Merupakan laporan mengenai posisi
kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan serta informasi lainnya yang
diperlukan oleh pemakai informasi akuntansi.
1.1.1 Fungsi
laporan keuangan
a. Menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan (aktiva, kewajiban dan ekuitas.
b. Menyediakan informasi mengenai
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
pemakai informasi akutansi dalam pengambilan keputusan.
1.1.2
Klasifikasi perkiraan (classification of account)
Perkiraan-perkiraan yang ada
dalam laporan keuangannya harus diklasifikasikan menurut karakteristik umum,
yaitu :
Aktiva (Assets)
Setiap barang fisik (berwujud)
atau hak (tidak berwujud) yang mempunyai nilai uang adalah aktiva. Penyajiannya
dalam neraca, Aktiva dapat dibedakan menjadi :
1. Aktiva Lancar (current
assets) merupakan akun-akun yang diharapkan dapat dicairkan menjadi
uang kas atau dijual atau dihabiskan, biasanya dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun atau kurang, melalui operasi normal perusahaan. Disamping uang Kas, yang
termasuk aktiva lancar adalah Bank, Piutang, Persediaan Barang Dagang, Sewa
yang dibayar dimuka, dan lain sebagainya.
2. Aktiva Tetap (plant
assets atau fixed assets) adalah aktiva berwujud yang digunakan
dalam perusahaan yang sifatnya permanen atau relatif tetap yang meliputi
Peralatan, Mesin, Kendaraan, Bangunan dan Tanah. Kecuali tanah, aktiva tetap
lain secara bertahap mengalami penyusutan atau kehilangan kegunaannya dengan
berlalunya waktu.
Biasanya No. akunnya diawali
dengan angka 1
Kewajiban (Liabilities)
Kewajiban merupakan hutang kepada
pihak luar (kreditor) dan biasanya dalam neraca ditambahkan kata “Payable”.
Dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu
1. Kewajiban Jangka Pendek
(current payable) merupakan kewajiban yang akan jatuh tempo dalam jangka
waktu dekat biasanya dalam 1 (satu) tahun atau kurang, contoh : Hutang usaha,
wesel bayar, hutang gaji, hutang bunga dan hutang pajak.
2. Kewajiban Jangka Panjang
(long-term liabilities) merupakan kewajiban yang akan jatuh tempo dalam
jangka waktu yang relatif lama biasanya lebih dari satu tahun, contoh hutang
hipotik dan hutang obligasi.
Biasanya No. akunnya diawali
dengan angka : 2
Modal Pemilik
(Owner’s Equity)
Modal pemilik merupakan klaim
residu terhadap aktiva perusahaan setelah total kewajiban dikurangkan. Untuk
perseroan disebut modal pemegang saham (stockholders’ equity). Untuk perusahaan
perseroan Modal saham (capital stock) merupakan investasi pemegang
saham. Laba Yang Ditahan (Retained Earning) merupakan laba bersih yang
ditahan dalam perusahaan. Dividen (dividens) merupakan pembagian laba
kepada pemegang saham untuk perusahaan perseroan., Sedangkan untuk perseorangan
Modal (capital) adalah modal pemilik dalam perusahaan perseorangan. Pengambilan
Pribadi (Prive / Drawing) merupakan jumlah pengambilan yang dilakukan oleh
pemilik perusahaan perseorangan.
Biasanya No. akunnya diawali
dengan angka : 3
Pendapatan
(Revenue)
Pendapatan merupakan kenaikan
kotor (Gross) dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang
dagangan, pelaksanaan jasa dari para langanan atau klien, penyewaan harta,
peminjaman uang dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan umtuk
memeproleh penghasilan. Istilah lainnya : Penjualan, Honorarium Profesi,
Pendapatan Komisi, Hasil
Penjualan Karcis dan Pendapatan
Bunga. Bila suatu perusahaan mempunyai beberapa jenis pendapatan, hendaknya
setiap jenis pendapatan dicatat dalam perkiraan terpisah.
Biasanya No akun diawali dengan
angka : 4
Beban (Expense)
Beban merupakan
biaya yang telah dipakai dalam proses untuk menghasilkan pendapatan, disebut
juga biaya yang talah dipakai (expired cost). Beban sangat bervariasi, seperti
beban gaji, beban iklan, beban penyusutan dan sebagainya.
Biasanya No. akun diawali dengan
angka : 5
1.2 Jenis laporan keuangan
1.2.1 Laporan
laba rugi
Laporan laba rugi adalah suatu
laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit
usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dengan
biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan.
Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau laporan
pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan
perusahaan.
Dalam laporan rugi laba terdapat
beberapa istilah yang sering digunakan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai
berikut: 1. Pendapatan (Revenue) Adalah aliran masuk atau kenaikan lain
aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya, bisa merupakan kombinasi
keduanya selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi
barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan
perusahaan. 2. Biaya (Expense) Adalah aliran keluar atau pemakaian lain
aktiva atau timbulnya utang, bisa merupakan kombinasi keduanya selama suatu
periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa,
atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan perusahaan. 3.
Penghasilan (Income) Adalah selisih penghasilan-penghasilan sesudah
dikurangi biaya-biaya. Bila pendapatan lebih kecil daripada biaya, selisihnya
sering disebut rugi. 4. laba (profit) Adalah kenaikan modal atau aktiva
bersih yang berasal dari transaksi utama perusahaan dan transaksi sampingan
dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu kecuali kenaikan modal dari
pendapatan atau investasi oleh pemilik, seperti pada laba yang timbul dari
penjualan aktiva tetap. 5. Rugi (Loss) Adalah penurunan modal atau
aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama perusahaan dan transaksi
sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu kecuali yang
timbul dari biaya atau distribusi pada pemilik, seperti pada rugi penjualan
surat berharga.
6. Harga Perolehan (Cost)
Adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul untuk memperoleh
barang atau jasa. Jumlah ini pada saat terjadinya transaksi akan dicatat
sebagai aktiva, seperti pada pembelian mesin, dan pembayaran uang muka sewa.
Dalam akuntansi biaya harga perolehan juga dapat berarti harga pokok atau biaya
produksi yang dikeluarkan untuk membuat barang.
1.2.3 Laporan
perubahan ekuitas : Di
samping penyusunan neraca dan laporan laba rugi, pada akhir periode akuntansi
biasanya juga disusun laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal
perusahaan. Perusahaan dengan bentuk perseroan, perubahan modalnya ditunjukkan
di dalam laporan laba ditahan (retained earnings). Di dalam laporan ini
ditunjukkan laba ditahan awal periode, ditambah dengan laba seperti yang
tercantum di dalam laporan perhitungan laba rugi dan dikurangi dengan dividen
yang diumumkan selama periode yang bersangkutan. Karena laporan laba rugi dapat
disusun dengan cara all inclusive atau current operating performance,
maka susunan laporan laba tidak dibagi juga akan berbeda, tergantung kepada
laporan perhitungan laba rugi. Apabila laporan perhitungan laba rugi disusun
dengan cara all inclusive maka di dalam laporan laba ditahan hanya
menunjukkan: saldo laba tidak dibagi awal periode ditambah laba neto dan
elemen-elemen luar biasa ditambah atau dikurangi koreksi kesalahan
dikurangi dividen yang diumumkan. Apabila laporan perhitungan laba rugi disusun
dengan cara current operating performance maka elemen-elemen luar biasa
akan nampak dalam laporan laba ditahan. Untuk lebih memberikan pemahaman
berikut ini diberikan contoh-contoh laporan laba ditahan untuk melengkapi
laporan perhitungan laba rugi dengan cara all inclusive maupun current
operating performance.
1.2.4 Neraca Neraca adalah
laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal
tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki
yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva, atau
dengan kata lain, aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva
merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena
itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan jumlah
pasiva, di mana pasiva itu terdiri dari dua bagian kewajiban yaitu kewajiban
kepada pihak luar yang disebut utang dan kewajiban terhadap pemilik perusahaan
yang disebut modal. Bila disusun dalam bentuk persamaan maka akan nampak bahwa:
Aktiva = Utang + Modal Dalam pengertian aktiva selain dari barang-barang
dan hak-hak yang dimiliki, di dalamnya termasuk juga biaya-biaya yang belum
dibebankan dalam periode yang bersangkutan dan masih akan dibebankan pada
periode-periode yang akan datang. Oleh karena itu, di dalam judul aktiva akan
termasuk juga pos-pos kas, tagihan-tagihan, surat-surat berharga yang merupakan
sumber uang dan pengeluaran-pengeluaran yang akan memberi manfaat di masa yang
akan datang, sehingga pembebanannya juga ditunda seperti aktiva tetap, hak
paten dan persekot-persekot biaya. Utang merupakan milik kreditur yang
ditanamkan dalam perusahaan dan jumlah-jumlah ini merupakan kewajiban
perusahaan yang harus dilunasi. Cara pelunasan utang ini bermacam-macam dapat
dilakukan dengan mengembalikan dengan uang atau dengan cara yang lain. Modal
menunjukkan jumlah milik para pemilik yang ditanamkan dalam perusahaan. Jumlah
ini timbul dari setoran para pemilik dan perubahan-perubahan nilai aktiva yang
terjadi karena hasil usaha perusahaan. Modal ini bukan merupakan jumlah yang
harus dilunasi, tetapi dalam hal likuidasi, para pemilik baru menerima
pelunasan sesudah para kreditur dilunasi. Elemen-elemen dalam neraca biasanya
dikelompokkan dalam suatu cara yang tujuannya adalah untuk memudahkan analisa.
Biasanya aktiva dan utang akan dikelompokkan dalam kelompok lancar atau jangka
pendek dan tidak lancar atau jangka panjang dalam bentuk aktiva tetap.
Pengelompokkan seperti ini akan memungkinkan dihitungnya modal kerja perusahaan
yaitu selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Selanjutnya adalah
penggolongan aktiva dalam golongan aktiva, utang dan modal. Seperti yang sudah
dikemukakan sebelumnya aktiva dan utang dikelompokkan dalam kelompok lancar dan
tidak lancar. Pengelompokkan seperti itu hanyalah merupakan suatu kelompok
besar yang akan dirinci lebih lanjut. Susunan aktiva dan pasiva di dalam neraca
adalah sebagai berikut:
Golongan Harta-harta/Aktiva
Aktiva lancar Investasi jangka panjang Aktiva tetap berwujud Aktiva tidak
berwujud Aktiva/harta lainnya Golongan Utang-utang dan Modal Sendiri
Utang-utang: Utang-utang lancar Pendapatan yang diterima di muka Utang-utang jangka
panjang Utang-utang lain Modal sendiri: Modal saham yang disetor Agio/disagio
saham Cadangan-cadangan Laba tidak dibagi Ekuitas adalah perbedaan antara
aktiva dengan utang dan merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik dan dalam
suatu badan usaha ekuitas adalah hak dari pemilik. Dalam perusahaan
perseorangan ekuitas ditunjukkan dalam satu rekening yang diberi nama ekuitas.
Dalam perusahaan yang berbentuk firma ekuitas ditunjukkan dalam rekening
ekuitas masing-masing anggota. Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan
ekuitas ditunjukkan dengan rekening ekuitas yang terdiri dari beberapa elemen.
Elemen ekuitas dalam perusahaan yang berbentuk persero adalah sebagai berikut:
a. Modal Disetor Modal disetor adalah jumlah uang yang disetorkan oleh pemegang
saham dan biasanya dibagi dalam 2 kelompok yaitu: Modal saham, yaitu jumlah
nominal saham yang beredar. Di dalam neraca cara mencantumkan modal saham
beredar adalah sebagai berikut: Modal statuter Rp. xx (-) Saham dalam portepel
Rp. xx Modal saham beredar Rp. Xx
Agio/disagio saham, yaitu
selisih antara setoran pemegang saham dengan nilai nominal saham. Agio adalah
selisih di atas nominal, sedang disagio adalah selisih di bawah nominal. Di
dalam neraca agio akan ditambahkan pada modal saham beredar sedangkan disagio
dikurangkan. b. Laba ditahan Merupakan kumpulan laba tahun-tahun sebelumnya
yang tidak dibagi sebagai dividen. Laba yang ditahan merupakan elemen modal
yang berasal dari dalam perusahaan. Apabila laba ditahan saldonya debit akan
disebut defisit. Saldo rekening laba ditahan sewaktu-waktu dapat diminta
sebagai dividen oleh pemegang saham, untuk membatasi agar laba yang ditahan
tidak diminta sebagai dividen seluruhnya, maka bisa dibuat cadangan-cadangan
dari laba ditahan. Cadangan laba ditahan dapat digunakan untuk ekspansi,
cadangan pelunasan obligasi, cadangan penurunan harga persediaan dan Iain
sebagainya. Jumlah laba ditahan yang sudah dicadangkan tidak dapat diminta
sebagai dividen. Di dalam neraca laba ditahan akan dicantumkan sebagai berikut:
Laba ditahan: Untuk ekspansi Rp. xx Untuk pelunasan obligasi Rp. xx Sisa laba
ditahan Rp. xx Rp. xx c. Modal Penilaian Kembali Apabila diadakan penilaian
kembali terhadap aktiva-aktiva perusahaan, maka selisih antara nilai buku lama
dengan nilai buku yang baru dicatat sebagai modal penilaian kembali. Di dalam
neraca, modal penilaian kembali dilaporkan dalam kelompok modal dan dijumlahkan
dengan elemen-elemen modal yang lain. d. Modal Sumbangan Modal sumbangan ini
timbul apabila perusahaan memperoleh aktiva yang berasal dari sumbangan. Aktiva
yang diterima dicatat dalam rekening aktiva dengan cara yang biasa dan
diimbangi dengan pencatatan dalam rekening modal sumbangan. Di dalam
neraca modal sumbangan dilaporkan
dalam kelompok modal dan dijumlahkan dengan elemen-elemen modal yang lain.
1.2.5 Laporan
Arus Kas Perusahaan
wajib menyusun laporan arus kas dan menjadikan laporan tersebut sebagai bagian
yang tidak terpisahkan atau integral dari laporan keuangan untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan. Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan
setara kas. Kas meliputi uang tunai (cash on hand) dan rekening giro
setara kas (cash equivalent). Kas adalah adalah investasi yang sifatnya
sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas
dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang
penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu periode.
Contoh Laporan
Keuangan Perusahaan Dagang :
Veiia Komputer
Laporan Laba-Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31
Desember
Pendapatan dari Penjualan
Penjualan 720.185
Dikurangi :
Retur & potongan penjualan
6.140
Diskon Penjualan 5.790 11.930
Penjualan Bersih 708.255
Harga Pokok Penjualan 525.305
Laba Kotor 182.950
Beban operasi :
Beban penjualan :
Beban gaji penjualan 60.030
Beban iklan 10.860
Beban penyusutan-
Peralatan toko 3.100
Beban penjualan rupa2 630
Politeknik Telkom Akuntansi
Keuangan I
14 Laporan Keuangan
Total beban penjualan 74.620
Beban Administrasi
Beban gaji kantor 21.020
Beban sewa 8.100
Beban penyusutan-
Peralatan kantor 2.490
Beban Asuransi 1.910
Beban perlengkapan kantor 610
Beban administrasi rupa2 760
Total beban administrasi 34.890
Total beban operasi 109.510
Laba dari operasi 73.440
Pendapatan lain-lain
Pendapatan bunga 3.800
Pendapatan sewa 600
Total pendapatan lain-lain 4.400
Beban lain-lain :
Beban bunga 2.440 1.960
Laba bersih 75.400
Majesty Komputer
Laporan Ekuitas Pemilik
Untuk Tahun yang Berakhir 31
Desember
Modal Pat King, 1 Januari 153.800
Laba bersih selama setahun 75.400
Dikurangi penarikan 18.000
Kenaikan ekuitas pemilik 57.400
Modal Mayesty, 31 Desember
211.200
Politeknik Telkom Akuntansi
Keuangan I
Laporan Keuangan 15
Mayesty Komputer
Neraca
Untuk Tahun yang Berakhir 31
Desember
AKTIVA
Aktiva Lancar :
Kas 52.950
Wesel tagih 40.000
Piutang usaha 60.880
Piutang bunga 200
Persediaan barang dagang 62.150
Perlengkapan kantor 480
Asuransi dibayar dimuka 2.650
Total Aktiva Lancar 219.310
Properti, bangunan dan peralatan
:
Tanah 10.000
Peralatan toko 27.100
Dikurangi akumulasi penyusutan
5.700 21.400
Peralatan Kantor 15.570
Dikurangi akumulasi penyusutan
4.720 10.850
Total Properti, bangunan dan
peralatan 42.250
Total Aktiva 261.560
KEWAJIBAN
Kewajiban lancar :
Utang usaha 22.420
Wesel bayar (bagian lancar) 5.000
Utang gaji 1.140
Sewa diterima di muka 1.800
Total kewajiban lancar 30.360
Kewajiban jangka panjang :
Wesel bayar (jatuh tempo th.
Depan) 20.000
Total Kewajiban 50.360
EKUITAS PEMILIK
Modal Pat King 211.200
Total Kewajiban dan ekuitas
pemilik 261.560
2. KAS KECIL
Kas merupakan suatu alat
pertukaran dan dapat digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Kas adalah
bentuk aktiva yang tidak produktif oleh karena itu harus dijaga agar jumlah kas
tidak terlalu besar sehingga tidak ada idle cash.
2.1 Pemahaman Kas Kas
merupakan suatu alat pertukaran dan dapat digunakan sebagai ukuran dalam
akuntansi, sedangkan dalam neraca kas merupakan aktiva yang terlancar dalam
arti paling sering berubah serta kas dipengaruhi oleh hampir setiap transaksi
dengan pihak eksternal. Selanjutnya kas adalah aktiva yang tidak produktif oleh
karena itu harus dijaga supaya jumlah kas yang ada tidak terlalu besar sehingga
tidak terjadi kas atau uang yang diam (idle cash). Pada konsep ekonomi
daya beli uang bisa berubah-rubah yaitu naik atau turun tetapi kenaikan atau
penurunan daya beli ini uang tetap tidak akan mengakibatkan penilaian kembali
terhadap kas. Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang
dapat diterima untuk pelunasan utang dan dapat diterima sebagai suatu setoran
ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya serta simpanan dalam bank yang dapat
diambil sewaktu-waktu. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, cek yang belum
disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, traveller's checks,
cashier's checks, bank draft dan money order. Untuk dapat
digolongkan sebagai kas biasanya dibatasi dengan pernyataan diterima sebagai
setoran oleh bank dengan nilai nominal, sehingga elemen-elemen yang tidak
diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nominal tidak dikelompokkan
dalam kas. Jika ada wesel tagih yang diserahkan ke bank untuk ditagihkan, maka
wesel tagih ini tetap dicatat sebagai piutang wesel sampai dilunasi oleh yang
membuat wesel. Cek mundur (post dated checks) tetap dicatat sebagai
piutang sampai tanggal di mana cek tadi dapat diuangkan. Di Indonesia sering
ditemui cek mundur yang diterima dipakai untuk membayar pada pihak lain. Dalam
keadaan seperti ini cek mundur dicatat dalam rekening cek mundur yang termasuk
dalam kelompok piutang. Surat-surat berharga seperti saham-saham dan obligasi
mungkin dapat segera dijual dan menjadi uang tunai, tetapi sebelum dijual
surat-surat berharga tersebut tidak termasuk kelompok kas. Sebelum dijual,
surat berharga tetap dilaporkan sebagai investasi jangka pendek. Pada simpanan
dalam bank di luar negeri menimbulkan perbedaan karena menggunakan mata uang
yang berbeda. Oleh karena itu simpanan di bank luar negeri harus dikurskan
dalam rupiah terlebih dahului dalam pelaporannya dan seringkali
simpanan-simpanan di bank luar negeri tidak dapat diambil sewaktu-waktu oleh
karenanya akan dilaporkan terpisah dalam neraca. Uang kas yang dibatasi
penggunaannya, biasanya dalam bentuk dana, tidak dimasukkan dalam kas tetapi
dilaporkan terpisah sebagai dana. Jika penggunaannya masih dalam waktu satu
tahun, maka termasuk dalam kelompok aktiva lancar, tetapi jika tidak dapat
digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran dalam waktu satu tahun, maka dilaporkan
dalam kelompok aktiva tidak lancar. Kas kecil dan kas yang ada di cabang-cabang
perusahan atau unit usaha termasuk dalam kas karena memenuhi batasan-batasan
kas. Cek-cek yang sudah ditulis tetapi belum diserahkan kepada orang yang
dibayar tidak dikeluarkan dari kas. Apabila pada waktu menulis cek sudah
dikreditkan ke rekening kas maka pada akhir periode jika ceknya belum
diserahkan dibuat jurnal untuk mendebit kembali rekening kas. Karena sifatnya
yang sangat mudah untuk dipindahtangankan dan tidak dapat dibuktikan pemiliknya
maka kas mudah digelapkan. Oleh karena itu perlu diadakan pengawasan yang ketat
terhadap kas. Pada umumnya suatu sistem pengawasan intern terhadap kas akan
memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksanaan dan pencatatan karena tanpa
adanya pemisahan fungsi seperti di atas, akan mudah menggelapkan uang kas.
Karena bentuk dan jenis perusahaan ada bermacam-macam, maka sistem pengawasan
intern suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan yang lain. Tetapi ada
dasar-dasar tertentu yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan
pengawasan terhadap kas. Dasar-dasar pengawasan tersebut antara lain adalah: 1.
Penerimaan uang dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber yaitu
dari penjualan tunai, pelunasan piutang atau dari pinjaman maka prosedur
pengawasan yang digunakan adalah: Menunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi
dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor
ke bank. Dilakukan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi
pencatatan kas. Dilakukan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan
dan pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas. 2. Pengeluaran
uang dalam suatu perusahaan itu adalah untuk membayar bermacam-macam transaksi.
Apabila pengawasan tidak dijalankan dengan ketat seringkali jumlah pengeluaran
diperbesar dan selisihya digelapkan untuk itu prosedur pengawasan yang
digunakan adalah: Semua pengeluaran uang menggunakan cek, kecuali untuk
pengeluaran-pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil.
Dibentuk kas kecil yang diawasi
dengan ketat. Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti yang
lengkap atau menggunakan sistem voucher. Dilakukan pemisahan antara
orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek yang
menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas. Dilakukan pemeriksaan
intern dengan jangka waktu yang tidak tentu. Diharuskan membuat laporan kas
harian. Proses pengawasan intern terhadap kas akan menimbulkan beberapa
permasalahan seperti perlunya dibentuk kas kecil dan karena terdapat rekening
giro bank maka perlu dilakukan rekonsiliasi antara saldo kas dengan saldo
menurut laporan bank.
2.2 Kas Kecil Dana kas
kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran
yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek. Dana
ini diserahkan kepada kasir kas kecil yang bertanggung jawab terhadap
pembayaran-pembayaran dari dana ini dan terhadap jumlah dana kas kecil. Jika
jumlah kas kecil tinggal sedikit maka kasir kas kecil akan meminta agar dananya
ditambah. Penambahan kas kecil kadang-kadang dilakukan setiap periode tertentu
misalnya mingguan. Dalam pelaksanaannya kas kecil mengenal dua metode yaitu: 1.
Metode Imprest Di dalam metode ini jumlah dalam rekening kas kecil
selalu tetap, yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kas kecil untuk
membentuk dana kas kecil. Oleh kasir kas kecil, cek tadi diuangkan ke bank dan
uangnya digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran kecil. Setiap kali
melakukan pembayaran kasir kas kecil harus membuat bukti pengeluaran. Apabila
jumlah kas kecil tinggal sedikit dan juga pada akhir periode, kasir kas kecil
akan minta pengisian kembali kas kecilnya sebesar jumlah yang sudah dibayar
dari kas kecil. Dengan cara ini jumlah uang dalam kas kecil kembali lagi
seperti semula. Pengisian kembali pada akhir periode perlu dilakukan agar
biaya-biaya yang sudah dibayar dari kas kecil bisa dicatat karena dalam sistem
imprest pengeluaran-pengeluaran kas kecil baru dicatat pada saat pengisian
kembali. Pada waktu meminta pengisian kembali, kasir kas kecil akan menyerahkan
bukti-bukti pengeluaran dan menerima cek sebesar pengeluaran yang sudah
dibayar. Pengisian kembali ini dicatat dengan mendebit rekening yang sesuai
untuk masing-masing pengeluaran yang dasarnya, adalah bukti-bukti pengeluaran
dan kreditnya kas. Dengan cara ini saldo rekening kas kecil tidak akan berubah
Yang membuat jurnal adalah bagian akuntansi. Kasir kas kecil bertanggung jawab
atas uang yang diserahkan kepadanya. Apabila sebagian dari kas kecil sudah
digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran maka bukti pengeluaran harus
disimpan bersama dengan sisa uang yang ada dalam peti kas (cash box). Untuk
menjaga agar dana kas kecil bisa memenuhi tujuannya, maka kas kecil tidak
diperbolehkan untuk digunakan sebagai tempat penukaran cek-cek dari pegawai.
Apabila diperbolehkan maka kas kecil akan berubah fungsinya sebagai tempat
meminjam uang. Untuk mengetahui sisa uang yang ada dalam kas kecil, kasir kas
kecil bisa membuat catatan kas kecil. Tetapi perlu diketahui bahwa catatan
kasir kas kecil tadi bukannya buku jurnal tetapi merupakan catatan intern untuk
kasir kas kecil. Prosedur akuntansi untuk dana kas kecil dengan sistem imprest
dijelaskan adalah dalam ilustrasi sebagai berikut: PT Venni Jaya pada tanggal 1
Desember 2008 membentuk dana kas kecil sebesar Rp100.000,00. Pengeluaran kas
kecil sampai tanggal 19 Desember 2008 sebesar Rp90.000,- dengan rincian sebagai
berikut: Biaya angkut Listrik Telepon
Bahan pembantu kantor
Rp15.000,-
17.000,-
28.000,-
30.000.-
Pada tanggal 19 Desember
2007dilakukan pengisian kembali sebesar Rp90.000,-. Mulai tanggal 20 Desember
sampai dengan 31 Desember 2008 pengeluaran kas kecil sebesar Rp80.000,- dengan
rincian sebagai berikut:
Politeknik Telkom Akuntansi
Keuangan I
24 Kas Kecil
Biaya kirim penjualan Langganan
surat kabar Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak formulir
Rp25.000,-
4.750,-
30.850,-
19.000.-
Transaksi-transaksi tersebut akan
dicatat dalam buku jurnal sebagai berikut:
2008
01 Desember
19 Desember
Dana kas kecil
Kas
Biaya angkut
Biaya listrik
Biaya telepon
Biaya supplies kantor
Kas
Rp100.000,-
Rp15.000,-
17.000,-
28.000,-
30.000,-
Rp100.000,-
Rp90.000,-
31 Desember apabila dilakukan
pengisian kembali kas kecil, maka jurnalnya sebagai berikut:
Biaya kirim penjualan
Surat kabar, majalah dan
lain-lain
Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak
Kas kecil
Rp25.400,-
4.750,-
30.850,-
19,000,-
Rp80.000,- Apabila pada tanggal
31 Desember 2008 tidak dilakukan pengisian kembali maka kas kecil jumlahnya
tinggal Rp20.000,- dan yang Rp80.000,- sudah dikeluarkan untuk membayar
biaya-biaya. Karena tidak dilakukan pengisian kembali maka biaya-biaya sejumlah
Rp 80.000,- tersebut belum dicatat. Oleh karena itu pada tanggal 31 Desember
2008 dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Politeknik Telkom Akuntansi
Keuangan I
Kas Kecil 25
Biaya kirim penjualan
Surat kabar, majalah dan
lain-lain
Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak
Kas kecil
Rp25.400,-
4.750,-
30.850,-
19.000,-
Rp80.000,- Pada hari kerja
pertama tahun berikutnya yaitu tanggal 2 Januari dibuat jurnal penyesuaian
kembali. Jurnal penyesuaian kembali ini dibuat agar saldo rekening kas kecil
kembali seperti semula dan pengisian kembali kas kecil berikutnya bisa dicatat
dengan cara yang sama seperti jurnal pengisian kembali sebelumnya. Jurnal
penyesuaian kembali yang dibuat tanggal 2 Januari 2009 sebagai berikut:
Kas kecil
Biaya kirim penjualan
Surat kabar, majalah, dll
Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak
Rp80.000,-
Rp25.400,-
4.750,-
30.850,-
19.000,- Jurnal penyesuaian yang
dibuat pada tanggal 31 Desember 2008 mengakibatkan saldo rekening kas kecil
berubah, tetapi perubahan ini dikembalikan lagi pada tanggal 2 Januari 2009
dengan pembuatan jurnal penyesuaian kembali. Perubahan saldo rekening kas kecil
dapat juga terjadi jika ada penambahan atau pengurangan jumlah kas kecil.
Contoh pada ilustrasi sebelumnya kas kecil Rp100.000,- dirasakan terlalu besar
dan diputuskan untuk menurunkan jumlahnya menjadi Rp75.000,- Penurunan jumlah
kas kecil ini dijurnal sebagai berikut:
Kas
Kas kecil
Rp25.000,-
Rp25.000,-
Atau sebaliknya jika jumlah kas
kecil Rp100.000,- dirasakan terlalu kecil dan diputuskan untuk menambahnya
menjadi Rp150.000,00 maka jurnalnya sebagai berikut:
Kas kecil
Kas
Rp50.000,-
Rp50.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi
Keuangan I
26 Kas Kecil
Sesudah jurnal untuk menambah
atau mengurangi kas kecil di atas dibukukan ke dalam rekening kas kecil maka
rekening kas kecil akan menunjukkan saldonya yang baru.
2. Metode Fluktuasi
Dalam metode fluktuasi
pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cara yang sama seperti dalam metode
imprest. Perbedaannya dengan metode imprest adalah dalam metode fluktuasi saldo
rekening kas kecil tidak tetap, tetapi berfluktuasi sesuai dengan jumlah
pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil. Kalau dalam
metode imprest pencatatan terhadap pengeluaran-pengeluaran kas kecil baru
dilakukan pada saat pengisian kembali, dalam metode fluktuasi setiap terjadi
pengeluaran uang dari kas kecil langsung dicatat. Jadi buku pengeluaran kas
kecil mempunyai fungsi sebagai buku jurnal dan menjadi dasar untuk pembukuan ke
rekening-rekening buku besar. Karena pencatatan dilakukan setiap kali terjadi
pengeluaran, maka rekening kas kecil akan dikredit sebesar jumlah yang
dikeluarkan. Pada saat pengisian kembali reke-ning kas kecil didebit sebesar
uang yang diterima. Untuk memudahkan pemahaman dilustasikan sebagai berikut: PT
Unggul Selalu membentuk dana kas kecil sebesar Rp100.000, pada tanggal 1
Desember 2008.
Transaksi-transaksi pengeluaran
kas kecil sebagai berikut:
2008
2 Desember:
Membayar langganan harian
Kedaulatan Rakyat
Rp 7.200,-
3 Desember:
Membayar biaya angkut pembelian
bahan
45.000,-
4 Desember:
Membeli buku-buku, tinta dll
untuk administrasi sebesar
17.800,-
7 Desember:
Membayar rekening listrik sebesar
14.000,-
10 Desember:
Dana kas kecil diisi kembali
sebesar
75.000,-
Dengan menggunakan metode
fluktuasi transaksi-transaksi di atas dicatat dengan jurnal-jurnal sebagai
berikut:
1 Des:
Kas kecil
Kas
Rp100.000,-
Rp100.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi
Keuangan I
Kas Kecil 27
2 Des:
Surat kabar, majalah dll
Kas kecil
Rp 7.200,-
Rp 7.200,-
3 Des:
Biaya angkut pembelian
Kas kecil
Rp 45.000,-
Rp 45.000,-
7 Des:
Biaya supplies
Kas kecil
Rp 17.800,-
Rp 17.800,-
9 Des:
Biaya listrik
Kas kecil
Rp 14.000,-
Rp 14.000,-
10 Des:
Kas kecil
Kas
Rp 75.000,-
Rp 75.000,-
Adapun rekening kas kecil akan
tampak sebagai berikut:
KAS KECIL
2008
Desember 1
10
Rp100.000,-
75.000,-
2008
Desember 2
3
7
9
Rp7.200,-
45.000,-
17.800,-
14.000,-
Dari rekening kas kecil tampak
bahwa saldonya berfluktuasi sesuai dengan penerimaan dan pengeluaran kas kecil.
Pada tanggal 31 Desember tidak diperlukan pembuatan jurnal penyesuaian karena
setiap terjadi pengeluaran kas kecil sudah tercatat.
3. REKONSILIASI
LAPORAN BANK
Rekonsiliasi bertujuan untuk
memeriksa ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank dan berguna
untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran-pengeluaran yang sudah terjadi di
bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Catatan kas akan menjadi pembanding
dengan pencatatan bank pada proses rekonsiliasi bank.
Dalam perusaahan apabila setiap
penerimaan uang disetor ke bank dan setiap pengeluaran uang kecuali yang
jumlahnya relatif kecil menggunakan cek maka rekening kas akan dapat
dibandingkan dengan laporan bank. Biasanya laporan bank diterima bulanan dan
akan direkonsiliasikan dengan catatan kas. Rekonsiliasi laporan bank ini
berguna untuk memeriksa ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan catatan
bank. Selain itu rekonsiliasi juga berguna untuk mengetahui penerimaan atau
pengeluaran-pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh
perusahaan. Rekonsiliasi laporan bank sebaiknya dibuat oleh staf yang tidak
mempunyai kepentingan terhadap kas, maksudnya agar penyusunan rekonsiliasi bank
ini dapat digunakan untuk mengecek catatan-catatan kas dan bank. Dalam membuat
rekonsiliasi laporan bank perlu diketahui bahwa yang direkonsiliasikan itu
adalah catatan perusahaan dan bank, sehingga harus dibuat perbandingan antara
keduanya agar dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang ada. Pembandingan ini
dilakukan dengan cara debit rekening kas dibandingkan dengan kredit catatan
bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom penerimaan, dan kredit rekening
kas dibandingkan dengan debit catatan bank yang bisa dilihat dari laporan bank
kolom pengeluaran. Pada umumnya mengapa rekonsiliasi bank harus dilakukan
karena biasanya terdapat perbedaan antara saldo menurut catatan kas dengan
saldo menurut laporan bank. Hal-hal yang menimbulkan perbedaan pencatatan
adalah sebagai berikut: 1. Bagian-bagian yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai
penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank, seperti: a) Setoran yang
dikirimkan ke bank pada akhir bulan tetapi belum diterima oleh bank sampai
bulan berikutnya (setoran dalam perjalanan). b) Setoran yang diterima oleh bank
pada akhir bulan, tetapi dilaporkan sebagai setoran bulan berikutnya, karena
laporan bank sudah terlanjur dibuat (setoran dalam perjalanan). c) Uang tunai
yang tidak disetorkan ke bank. 2. Bagian-bagian yang sudah dicatat sebagai
penerimaan oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan, seperti: a) Bunga
yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan, tetapi belum dicatat dalam
buku perusahaan (jasa giro).
b) Penagihan wesel oleh bank,
sudah dicatat oleh bank sebagai penerimaan tetapi perusahaan belum mencatatnya.
3. Bagian-bagian yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi
bank belum mencatatnya seperti: a) Cek-cek yang beredar (outstanding checks)
yaitu cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan dan sudah dicatat sebagai
pengeluaran kas tetapi oleh yang menerima belum diuangkan ke bank sehingga bank
belum mencatatnya sebagai pengeluaran. b) Cek yang sudah ditulis dan sudah
dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi ceknya belum diserahkan kepada
yang dibayar maka cek tersebut belum merupakan pengeluaran oleh karena itu
jurnal pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir periode. 4. Bagian-bagian
yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh
perusahaan seperti: a) Cek dari langganan yang ditolak oleh bank karena kosong
tetapi belum dicatat oleh perusahaan. b) Bunga yang diperhitungkan atas saldo
kredit kas (overdraft) tetapi belum dicatat oleh perusahaan. c) Biaya
jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan. Disamping beberapa hal tersebut
diatas perbedaan antara saldo kas dengan saldo menurut laporan bank bisa juga
terjadi akibat kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini bisa timbul dalam
catatan perusahaan maupun dalam catatan bank. Untuk dapat membuat rekonsiliasi
laporan bank kesalahan-kesalahan yang ada harus dikoreksi. Rekonsiliasi bank
dapat dibuat dalam dua cara sebagai berikut: 1. Rekonsiliasi saldo akhir yang
bisa dibuat dalam bentuk: a) Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas
untuk menunjukkan saldo yang benar. b) Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada
saldo kas. Contoh penyusunan laporan rekonsiliasi saldo akhir adalah sebagai
berikut:
PT MULIA telah menerima rekening
Koran dari BANK PELITA per 31 Agustus 2008 yang menunjukkan saldo sebesar Rp
1.340.000,- . Pada tanggal 31 Agustus 2008, perkiraan Kas di buku besar PT
MULIA menunjukkan saldo sebesar Rp 691.600. Data yang berhubungan dengan
rekonsiliasi bank adalah sbb:
a. Check- check yang masih
beredar berjumlah Rp 2.350.000,-
b. Telah dikredit oleh Bank, jasa
giro bulan Agustus 2002 sebesar Rp 8.500,-
c. Check No. 9003 sebesar Rp
157.000 dicatat dalam buku pengeluaran sebesar Rp 175.000. Sedangkan check No.
9022 sebesar Rp 240.000 dibukukan sebesar Rp 24.000. Semuanya untuk pembelian
barang dagangan.
d. Setoran check sebesar Rp
1.200.000 pada tanggal 31 Agustus 2002 belum tercatat dalam rekening Koran
bank.
e. Biaya Administrasi bank bulan
Juli 2002 sebesar Rp 10.000
f. Bank telah mengkredit rekening
PT MULIA atas kiriman uang sebesar Rp 257.900 yang diterima dari langganan
untuk melunasi hutangnya.
g. Setoran check yang diterima
dari Firma Makmur sebesar Rp 560.000 tanggal 28 Agustus 2002 telah ditolak
karena saldo tidak mencukupi.
Diminta:
1. Buatlah Bank rekonsiliasi per
31 Agustus 2008
2. Buatlah jurnal penyesuaian
yang diperlukan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan
I
34 Rekonsiliasi
Laporan Bank
PT MULIA Rekonsiliasi bank Per 31
Agustus 2008 Saldo Catatan Perusahaan 691.600 Saldo Laporan bank 1.340.000
Direct collection by bank 257.900 Deposits in transit 1.200.000 Interest Income
8.500 Error 0 Error 18.000 284.400 1.200.000 976.000 2.540.000 Non Sufficient
fund 560.000 Out standing Checks 2.350.000 Bank Service Charges 10.000 Error 0
Error 216.000 786.000 2.350.000 Correct book balance 190.000 Correct book
balance 190.000
Jurnal Koreksi
Date
description
Debit
Kredit
31-8-2002
Cash
8.500
Intererest Income
8.500
Cash
18.000
Purchases
18.000
Purchases
216.000
Cash
216.000
Miscellaneous Administration
10.000
Cash
10.000
Cash
257.900
Account Receivable
257.900
Account Receivable
560.000
Cash
560.000
PT MULIA
Rekonsiliasi Bank
Per 31 Agustus 2002
Saldo Laporan Bank 1.340.000
Ditambah:
Deposits in transit 1.200.000
Error 0
1.200.000
Dikurangi:
Out standing Checks 2.350.000
Error 0
Jumlah - 2.350.000
Dikurangi:
Direct collection by bank 257.900
Interest Income 8.500
Error pengeluaran Over 18.000
Jumlah - 284.400
Ditambah:
Non Sufficient fund 560.000
Bank Service Charges 10.000
Error pengeluaran Under 216.000
Jumlah 786.000
Saldo kas perusahaan 691.000 2.
Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir yang bisa
dibuat dalam bentuk: a) Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas 4
kolom. b) Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo
yang benar 8 kolom. Rekonsiliasi seperti ini biasanya dilakukan oleh akuntan
pemeriksa auditor sebagai alat pengujian yang menyeluruh terhadap
transaksi-transaksi kas. Dalam bentuk ini selain saldo awal dan saldo akhir
akan dapat diketahui perbedaan jumlah penerimaan dan pengeluaran antara bank
dengan catatan kas. Susunan kolom-kolomnya adalah saldo awal, penerimaan,
pengeluaran dan saldo akhir. Dalam mengerjakan rekonsiliasi bentuk ini
diperlukan pengetahuan mengenai prosedur pencatatan penerimaan dan pengeluaran
kas dan bank, karena prosedur yang digunakan akan mempengaruhi jumlah-jumlah yang
akan direkonsiliasikan. Seperti dalam prosedur penerimaan kas dinyatakan bahwa
cek-cek yang ditolak oleh bank dapat diperlakukan sebagai pengurang dalam
jurnal penerimaan kas atau sebagai pengeluaran kas. Apabila diperlakukan
sebagai pengurang jurnal penerimaan kas maka jumlah penerimaan menurut jurnal
ini akan lebih kecil jika dibandingkan dengan jurnal penerimaan kas di mana cek
kosong diperlakukan sebagai pengeluaran. Perbedaan prosedur seperti ini akan
mempengaruhi rekonsiliasinya Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran
dan saldo akhir bisa dibuat dalam dua bentuk yaitu 4 kolom dan 8 kolom. Jika
dibandingkan dengan rekonsiliasi saldo akhir maka rekonsiliasi 4 kolom adalah
perluasan dari rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas, sedang rekonsiliasi 8
kolom merupakan perluasan dari rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk
menunjukkan saldo yang benar. Oleh karena itu prosedur dalam membuat
rekonsiliasi saldo akhir juga berlaku dalam rekonsiliasi saldo awal,
penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir, hanya yang terakhir ini lebih komplek.
Karena yang direkonsiliasikan dalam bentuk-bentuk berkolom ini adalah saldo
akhir suatu periode yang menjadi saldo awal periode berikutnya, misalnya
Desember dan Januari, penerimaan dan pengeluaran Januari serta saldo akhir
Januari maka setiap elemen dalam rekonsiliasi ini akan mempengaruhi dua kolom,
seperti setoran dalam perjalanan bulan Desember akan menambah saldo 31 Desember
dan mengurangi penerimaan bulan Januari. Hal ini bisa terjadi karena bank
mencatat setoran tadi dalam bulan Januari yang seharusnya merupakan setoran
bulan Desember. Contoh prosesnya adalah sebagai berikut:
Dari catatan
kas:
Saldo 31 Desember 2008
Rp 376.800,-
Penerimaan dlm bulan Januari 2009
1.480.700,-
Rp1.857.500,-
Pengeluaran dlm bulan Januari
2009
1.243.500,-
Saldo 31 Januari 2009
614.000,-
Dari laporan
bank:
Saldo, 31 Desember 2008
Rp 381.100,-
Penerimaan selama bulan Januari
2009
1.408.700,-
Rp1.789.800,-
Pengeluaran selama bulan Januari
2009
1.243.100,-
Saldo 31 Januari 2009
Rp 546.700,-
Dari
perbandingan laporan bank dan catatan kas
31 Des 2008
31 Jan 2009
Setoran dalam perjalanan
Rp160.000,-
Rp180.000,-
Cek yang bereda
172.400,-
161.200,-
Jasa giro
6.000,-
8.000,-
Biaya bank
1.200,-
1.600,-
Uang kas yang tidak disetor
40.000,-
Cek kosong (disetor kembali bulan
Berikutnya)
12.000,-
14.000,-
Koreksi penerimaan piutang
Rp101.200,-
Dicatat sebesar Rp102.100,-
900,-
Laporan rekonsiliasi yang disusun
dari data di atas adalah sebagai berikut:
Rekonsiliasi Saldo Awal,
Penerimaan, Pengeluaran dan Saldo Akhir (4 Kolom)
Rekonsiliasi
Saldo Awal, Penerimaan dan Saldo Bank 31 Januari 2009
Keterangan
Saldo
31 Des 2008
Penerimaan
Jan 2009
Pengeluaran
Jan 2009
Saldo
31 Jan 2009
Per laporan bank
Rp381.100,
Rp1.408.700,
Rp1.243.100,
Rp546.700,
Setoran dalam
perjalanan
31 Des 2008
160.000,
(160.000,)
31 Jan 2009
180.000,
180.000,
Cek yang beredar
31 Des 2008
(172.400,)
(172.400,)
31 Jan 2009
161.200,
(161.200,)
Jasa giro
31 Des 2008
(6.000,)
6.000,
31 Jan 2009
(8.000.)
(8.000,)
Biaya bank
31 Des 2008
1.200,
1.200,
31 Jan 2009
(1.600,)
1.600,
Kas yang tidak
disetor:
31 Jan 2009
40.000,
40.000,
Cek kosong
31 Des 2008
12.000,
12.000,
31 Jan 2009
14.000,
14.000,
Koreksi
penerimaan
31 Des 2008
900,
900,
Saldo kas
Rp376.800,
Rp1.480.700,
Rp1.243.500,
614.000,
Keterangan:
Setoran dalam
perjalanan
31-12-08 Sudah dicatat sebagai
penerimaan kas bulan Desember sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31
Desember 2008. Karena masih belum diterima oleh bank sampai dengan tanggal 31
Desember 2008, maka tidak termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Desember 2008.
Jumlah Rpl60.000,- ini dicatat sebagai penerimaan bank bulan Januari 2009
sehingga termasuk dalam jumlah penerimaan Rp1.480.700,-. Di sini saldo bank
tanggal 31 Desember 2008 ditambah dan penerimaan bank bulan Januari dikurangi
sebesar Rp160.000,- agar sesuai dengan catatan kas.
31-1-09 Sudah dicatat sebagai
penerimaan kas bulan Januari 2009 sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31
Januari 2009. Karena sampai tanggal 31 Januari 2009 masih belum diterima oleh
bank maka tidak termasuk dalam jumlah penerimaan Rp1.480.700,- dan saldo bank
tanggal 31 Januari 2009. Jumlah Rp180.000,- ini dicatat sebagai penerimaan oleh
bank pada bulan Februari. Oleh karena itu dalam rekonsiliasi ini penerimaan
bank bulan Januari dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009 ditambah sebesar
Rp180.000,- agar sesuai dengan catatan kas.
Cek yang beredar
31-12-08 Sudah dicatat sebagai
pengeluaran kas bulan Desember, sehingga tidak termasuk dalam saldo kas tanggal
31 Desember 2008. Cek-cek ini akan diuangkan ke bank pada bulan Januari
sehingga termasuk dalam jumlah pengeluaran bank bulan Januari sebesar
Rp1.243.000,-. Oleh karena itu saldo bank tanggal 31 Desember 2008 dan
pengeluaran bank Januari dikurangi sebesar Rp172.400,- agar sesuai dengan
catatan kas.
31-1-09 Sudah dicatat sebagai
pengeluaran kas bulan Januari, sehingga tidak termasuk dalam saldo kas tanggal
31 Januari 2009. Cek-cek ini baru diuangkan ke bank pada bulan Februari,
sehingga tidak termasuk dalam pengeluaran bank bulan Januari. Oleh karena itu
pengeluaran bank ditambah dan saldo bank 31 Januari 2009 dikurangi sebesar
Rp161.200,- agar sesuai dengan catatan kas.
Jasa giro
31-12-08 Dicatat sebagai
penerimaan kas pada bulan Januari sehingga tidak termasuk dalam saldo kas tanggal
31 Desember 2008. Jasa giro ini ditambahkan oleh bank pada bulan Desember, oleh
karena itu termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Desember 2008. Agar catatan
bank sesuai dengan catatan kas maka saldo bank tanggal 31 Desember 2008
dikurangi dan penerimaan bank bulan Januari ditambah sebesar Rp6.000,-.
31-1-09 Jasa giro ini belum
dicatat sebagai penerimaan kas bulan Januari sehingga tidak termasuk dalam
saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Oleh bank jasa giro ini ditambahkan sebagai
penerimaan pada bulan Januari sehingga termasuk dalam saldo bank tanggal 31
Januari 2009. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka penerimaan bank
Januari dan saldo bank 31 Januari 2009 dikurangi sebesar Rp8.000,-.
Biaya bank
31-12-08 Dicatat sebagai
pengeluaran kas bulan Januari 2009 sehingga masih termasuk dalam saldo tanggal
31 Desember 2008. Oleh bank biaya ini dibebankan sebagai pengeluaran bulan
Desember, sehingga tidak termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Desember 2008.
Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka saldo bank 31 Desember 2008
dan pengeluaran bank Januari ditambah sebesar Rp1.200,-.
31-1-09 Dicatat sebagai
pengeluaran kas bulan Februari 2009 sehingga masih termasuk dalam saldo kas
tanggal 31 Januari 2009. Oleh bank biaya ini dibebankan sebagai pengeluaran
pada bulan Januari sehingga tidak termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Januari
2009. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas, maka pengeluaran bank bulan
Januari dikurangi dan saldo bank 31 Januari 2009 ditambah sebesar Rp1.600,-.
Kas yang tidak
disetor
31-1-09 Dicatat sebagai
penerimaan kas pada bulan Januari 2009 sehingga termasuk dalam saldo kas
tanggal 31 Januari 2009. Karena tidak disetor maka tidak termasuk dalam
penerimaan bank Januari dan saldo bank 31 Januari 2009. Agar catatan bank sesuai
dengan catatan kas, maka penerimaan bank bulan Januari dan saldo bank tanggal
31 Januari 2009 ditambah sebesar Rp40.000,-.
Cek kosong
31-12-08 Dicatat sebagai
penerimaan kas bulan Desember 2008 sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31
Desember 2008. Karena cek ini kosong oleh bank tidak diterima sebagai setoran
dan dikembalikan ke perusahaan.. Oleh perusahaan cek kosong ini dicatat sebagai
pengeluaran kas bulan Januari. Sehingga perbedaan antara kas dan bank terletak
pada saldo 31 Desember 2008 dan pengeluaran Januari 2009. Agar catatan bank
sesuai dengan kas maka saldo bank tanggal 31 Desember 2008 dan pengeluaran bank
bulan Januari ditambah sebesar Rp12.000,-. Apabila cek kosong yang dikembalikan
oleh bank dicatat sebagai pengurangan dalam jurnal penerimaan kas bulan Januari
maka perbedaan antara bank dengan kas terletak pada saldo 31 Desember 2008 dan
penerimaan bulan Januari 2009 Untuk menyesuaikan catatan bank dan catatan kas
maka saldo bank tanggal 31 Desember 2008 ditambah dan penerimaan bank di bulan
Januari dikurangi sebesar Rp12.000,-.
31-1-08 Dicatat sebagai
penerimaan kas bulan Januari sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31
Januari 2009. Karena cek ini kosong oleh bank tidak diterima sebagai setoran
dan dikembalikan ke perusahaan pada tanggal 31 Januari 2009. Oleh perusahaan
cek kosong ini dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Februari. Oleh karena itu
perbedaan antara kas dan bank terletak pada penerimaan Januari dan saldo 31
Januari 2009. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka penerimaan bank
bulan Januari dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009 ditambah sebesar
Rp14.000,-. Apabila cek kosong yang dikembalikan oleh bank dicatat sebagai
pengurangan dalam jurnal penerimaan kas bulan Februari maka perbedaan antara
bank dengan kas terletak pada penerimaan Januari dan saldo 31 Januari 2009.
Penyesuaiannya sama dengan di atas.
Koreksi
penerimaan
31-12-08 Penerimaan kas bulan
Desember 2008 dicatat terlalu besar Rp900,00, sehingga saldo kas tanggal 31
Desember 2008 terlalu besar Rp900,-. Kesalahan ini berakibat pada saldo kas
tanggal 31 Januari 2008 yang juga terlalu besar Rp900,00. Agar catatan bank
sesuai dengan catatan kas, maka saldo bank tanggal 31 Desember 2008 dan 31
Januari 2009 ditambah sebesar Rp900,-.
Sesudah menyusun rekonsiliasi
laporan bank, perlu dibuat jurnal untuk membetulkan catatan kas. Dari
rekonsiliasi di atas yang dibuat koreksinya hanya elemen-elemen yang
mempengaruhi saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Jurnal koreksi yang dibuat pada
tanggal 31 Januari 2009 adalah sebagai berikut::
Kas
Rp8.000,-
Pendapatan jasa giro
Rp8.000,-
Biaya bank
Rp1.600,-
Pendapatan jasa giro
Rp1.600,-
Piutang
Rp14.000,-
Kas
Rp14.000,-
Piutang
Rp9.000,-
Kas
Rp9.000,-
Jurnal koreksi tersebut dapat
dibuat menjadi satu jurnal gabungan sebagai berikut:
Biaya bank
Rp1.600,-
Piutang
14.900,-
Pendapatan jasa giro
Rp8.000,-
Kas
8.500,-
Apabila cek yang beredar tidak
semuanya diuangkan ke bank pada bulan berikutnya, perbedaan antara pengeluaran
bank dengan pengeluaran kas hanya sebesar cek yang belum diuangkan tadi.
Perbedaan ini juga mempengaruhi saldo bank dengan saldo kas. Misalnya dari data
rekonsiliasi di muka, dari cek yang beredar tanggal 31 Desember 2008 yang
diuangkan ke bank pada bulan Januari hanya sebesar Rpl42.400,- sedang cek sebesar
Rp30.000,- masih beredar sampai dengan tanggal 31 Januari 2009. Data di atas
akan nampak dalam rekonsiliasi sebagai berikut:
Keterangan
Saldo
31 Des 2008
Penerimaan
Jan 2009
Pengeluaran
Jan 2009
Saldo
31 Jan 2009
Per laporan bank
Rp381.100,
Rp1.408.700,
Rp1.243.100,
Rp546.700,
Cek yang beredar
31 Desember 08
(172.400,)
(142.400,)
(30.000,)
31 Januari 2009
161.200,
(161.200,)
Keterangan:
Cek-cek sebesar Rp172.400,- sudah
dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Desember 2005 sehingga tidak termasuk
dalam saldo kas tanggal 31 Desember 2008. Cek-cek sebesar Rp142.400,- diuangkan
ke bank pada bulan Januari 2009 sehingga termasuk dalam jumlah pengeluaran bank
sebesar Rp1.243.100,- Perbedaan antara bank dengan kas sebagai berikut:
Saldo bank tanggal 31 Desember
2008 lebih besar Rp172.400,- dibanding dengan saldo kas pada tanggal yang sama.
Pengeluaran bank bulan Januari 2006 lebih besar Rp142.400,- dibanding dengan
pengeluaran kas pada bulan yang sama, sehingga saldo bank tanggal 31 Januari
2009 lebih besar Rp30.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi
Keuangan I
Rekonsiliasi Laporan Bank 43
dibandingkan dengan saldo kas
pada tanggal yang sama. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka saldo
bank tanggal 31 Desember 2008 dikurangi sebesar Rp172.400,- pengeluaran bank
bulan Januari dikurangi sebesar Rp142.400,- dan saldo bank tanggal 31 Januari
2009 dikurangi Rp30.000,00. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa saldo cek
yang beredar tanggal 31 Januari 2006 sebesar Rp191.200,- terdiri dari cek yang
dikeluarkan pada bulan Desember 2005 sebesar Rp30.000,- dan cek-cek yang
dikeluarkan pada bulan Januari 2006 sebesar Rp161.200,-
VOUCHER
1.PENGERTIAN VOUCHER
Voucher adalah dokumen yang berisi keterangan
ringkas transaksi, tanda telah diperiksa, dan persetujuan untuk dicatat dan
dibayar.
Voucher adalah
alat yang digunakan dalam suatu sistem pengendalian (Voucher System), dengan
menggunakan objek tertentu dalam bentuk bebas sesuai dengan kebutuhan
Sistem
voucher kas adalah penggunaan semacam voucher atau formulir khusus untuk
mencatat transaksi kas
4. PIUTANG USAHA
Penjualan barang-barang dan
jasa-jasa dari perusahaan pada saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga
ada tenggang waktu sejak penyerahan barang atau jasa sampai saat diterimanya
uang. Dalam tenggang waktu tersebut penjual mempunyai tagihan kepada
pembeliatau disebut dengan piutang.
4.1 Piutang (Account
Receivable)
Pengertian Piutang : hak
perusahaan untuk menerima sejumlah kas dimasa datang akibat kejadian masa lalu
atau semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya termasuk individu,
perusahaan atau organisasi lainnya.
Piutang dibagi atas :
1. Piutang Dagang (Trade
Receivable) : piutang yang dihubungkan dengan aktivitas operasi normal sebuah
bisnis, yaitu penjualan kredit barang atau jasa untuk pelanggan. Piutang usaha
semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang
relative pendek seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam
neraca sebagai aktiva lancar.
2. Piutang Wesel (Notes Receivable)
: piutang yang dibuktikan oleh janji tertulis formal untuk membayar sejumlah
uang tertentu pada tanggal tertentu atau jumlah yang terutang bagi pelanggan
dimana pelanggan dimaksud telah menerbitkan surat utang formal kepada
perusahaan.
3. Piutang lain-lain (other
Receivable) : jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun maka
piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancer. Jika penagihannya
lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak
lancar dan dilaporkan didalam investasi. Piutang lain-lain meliputi meliputi
piutang bunga, piutang pajak dan piutang karyawan.
4.2 Piutang Tak Tertagih
(Kerugian Piutang) :
Dalam realisasinya beberapa
piutang tidak dapat ditagih. Metode paling sederhana untuk mengakui kerugian
dari piutang yang tidak dapat ditagih adalah :
1. Mendebitkan beban seperti
beban kerugian piutang (Doubtful Accounts Expense), Beban Piutang Tak Tertagih
(Bad Debt Expense) atau beban piutang ragu-ragu (Uncollectible Acounts
Expense), pendekatan ini disebut metode penghapusan langsung (direct write –
5. PIUTANG WESEL
Wesel adalah janji tertulis yang
tidak bersyarat dari satu pihak kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Wesel dapat dipindahtangankan,
jika wesel dipindahtangankan berarti yang membuat wesel akan membayar pada
orang atau badan yang memegang wesel tersebut pada saat jatuh tempo. Wesel yang
dapat dipindahtangankan dapat didiskontokan ke bank sebelum jatuh temponya.
Seperti halnya piutang maka piutang wesel harus dipisahkan untuk wesel dagang,
wesel dari pegawai dan Iain-lain. Wesel yang sudah jatuh tempo tetapi belum
dilunasi harus dicatat terpisah dari wesel yang belum jatuh tempo, lazimnya
dicatat dalam rekening piutang wesel menunggak. Piutang wesel dapat dipisahkan
menjadi dua yaitu: 1. Piutang wesel tidak berbunga. 2. Piutang wesel berbunga.
6. PERSEDIAAN
BARANG
6.1 Pengertian Persediaan
Barang
Persedian adalah barang-barang
yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali dalam aktivitas normal perusahaan
atau untuk diproses terlebih dahulu kemudian dijual. Istilah persediaan
digunakan untuk menyatakan suatu jumlah barang yang berwujud. Dalam perusahaan
dagang hanya ada satu jenis persediaan yaitu persediaan barang dagangan
(merchandise inventory).
Perusahaan dagang membeli barang
kemudian dijual tanpa merubah bentuk, sedangkan perusahaan industri membeli
bahan-bahan mentah yang selanjutnya diproses menjadi barang jadi. Dalam
perusahaan industri terdapat 3 (tiga) jenis persediaan yaitu:
a. Bahan Baku (raw material
inventory)
b. Barang dalam proses (work in
process inventory)
c. Barang jadi (finished goods)
Bahan Baku (Raw
Materials)
Bahan Baku/mentah adalah
barang-barang yang dimiliki untuk dipergunakan dalam aktivitas proses produksi
yang merupakan bagian terbesar yang terkandung dalam produksi tersebut.
Misalnya pada perusahaan Tekstil, benang merupakan bagian terbesar dalam
pembuatan kain yang terdapat pada pabrik tekstil.
Barang dalam
proses (work in process/goods in process)
Barang dalam proses adalah
barang-barang yang pada tanggal penyusunan neraca belum selesai dikerjakan dan
perlu pengerjaan lebih lanjut. Persediaan ini biasanya terdiri dari 3 unsur
yaitu : Bahan langsung, tenaga kerja langsung dan biaya produksi tidak
langsung.
Barang Selesai
(finished goods)
Barang Selesai adalah hasil
produksi yang siap untuk dijual. Biaya barang selesai ini terdiri dari unsur
bahan mentah/baku langsung, Tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tidak
lanngsung.
6.2 Metode Pencatatan Atas
Persediaan
Terdapat dua metode yang dapat
digunakan pada pencatatan persediaan yaitu :
6.2.1 Metode
Fisik / Periodik Penggunaan
metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal
penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan (stock opname) ini
diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian
diperhitungkan harga pokoknya. Dalam metode ini mutasi persediaan barang tidak
diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian barang dicatat dalam rekening
pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok
penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru
dapat dihitung apa-bila persediaan akhir sudah dihitung.
6.2.2 Metode
Buku / Perpetual
Dalam metode ini setiap jenis
persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu
persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol
persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk mencatat
persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat
pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan
diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan
sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening
persediaan. Masing-masing kolom dirinci lagi untuk kuantitas dan harga
perolehannya.
6.3 Arus
Harga Pokok (AHP)
Pembelian Barang dagangan dalam
satu periode dapat dilakukan berkali-kali, sehingga ada kemungkinan untuk
pembelian barang dagangan yang sama tetapi harga belinya berbeda. Contoh :
Transaksi-transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang dagangan selama
bulan desember 2008 di PT Aneka.
Tgl 5 : Persediaan barang
dagangan 10 Unit @ Rp 10 = Rp 100
Tgl 16 : Pembelian barang
dagangan 75 Unit @ Rp 12 = Rp 900
Tgl 20 : Pembelian barang
dagangan 20 Unit @ Rp 15 = Rp 300
Tgl 25 : Penjualan 80 Unit dengan
harga jual @ Rp 30 = Rp 2400
Tgl 31 : Persediaan Barang
dagangan akhir 25 unit
Masalahnya adalah :
1. Berapa Harga pokok penjualan
tanggal 25 Desember ?
2. Berapa Harga pokok persediaan
barang dagangan akhir sebanyak 25 unit ?
Untuk menjawab kasus diatas perlu
diketahui bahwa metode AHP yang dianut perusahaan, apakah FIFO, LIFO atau
AVERAGE.
Politeknik Telkom Akuntansi
Keuangan I
Persediaan Barang 71
1. Metode Fisik
/ Periodik
a. FIFO
Maka HPP dari 80 Unit Penjualan
Penjualan 80 Unit
Tanggal 5 10 Unit @ Rp 10 = Rp
100
Tanggal 16 70 Unit @ Rp 12 = Rp
840
HPP 80 Unit = Rp 940
Harga Pokok Persediaan Barang
dagangan akhir :
Tanggal 16 5 unit @ Rp 12 = Rp 60
Tanggal 20 20Unit @ Rp 15 = Rp
300
Persd. akhir 25 Unit = Rp 360
Laba Kotor : Penjualan – HPP
2.400 - 940
Laba Kotor = Rp 1.460
b. LIFO
Penjualan 80 Unit
Tanggal 20 20 Unit @ Rp 15 = Rp
300
Tanggal 16 60 Unit @ Rp 12 = Rp
720
HPP 80 Unit = Rp 1.020
Harga Pokok Persediaan Barang
dagangan akhir :
Tanggal 16 15 Unit @ Rp 12 = Rp
180
Tanggal 5 10 Unit @ Rp 10 = Rp
100
Persd Akhir 25 Unit = Rp 280
Laba Kotor = 2.400 – 1.020 =
1.380
c. Average
HPP 80 Unit x Rp 1.300 = Rp 960
105 Unit
Persediaan Akhir 25 Unit x
(1300:105)= Rp 300
Laba Kotor : 2400 – 990 = 1.410
Politeknik Telkom Akuntansi
Keuangan I
72 Persediaan Barang
2. Metode Buku /
Perpetual
a. FIFO
Tgl
Pembelian
Penjualan
Persediaan
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
5
10
10
100
16
75
12
900
10
10
100
75
12
900
20
20
15
300
10
10
100
75
12
900
20
15
300
25
10
10
100
70
12
2100
5
12
60
20
15
300 Jml 95 1200 80 2400 25 360
HPP 940
Persediaan akhir 360
Laba Kotor 2400 – 940 = 1.460
b. LIFO
Tgl
Pembelian
Penjualan
Persediaan
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
5
10
10
100
16
75
12
900
10
10
100
75
12
900
20
20
15
300
10
10
100
75
12
900
20
15
300
25
20
15
300
60
12
720
10
10
100
15
12
180 Jml 95 1200 80 1020 25 280
HPP 1020
Persediaan akhir 280
Laba Kotor 2.400 – 1.020 = 1.380
Politeknik Telkom Akuntansi
Keuangan I
Persediaan Barang 73
c. Average
Tgl
Pembelian
Penjualan
Persediaan
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
5
10
10
100
16
75
12
900
85
12
1000
20
20
15
300
105
12
1300
25
80
12
960
25
12
300 Jml 95 1200 80 12 960 25 12
300
HPP 960
Persediaan akhir 300
Laba Kotor 2.400 – 960 = 1.440
7. AKTIVA TETAP
BERWUJUD
Kendaraan, Tanah, Gedung, Meja,
komputer merupakan salah satu contoh dari aktiva tetap. Aktiva tetap berwujud
adalah aktiva-aktiva yang mempunyai bentuk fisik sifatnya relatif permanen dan
digunakan dalam aktivitas normal perusahaan yang normal. Aktiva tetap berwujud
dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama.
7.1 Pengertian Aktiva Tetap
Berwujud Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang
sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam aktivitas normal perusahaan.
Istilah relatif permanen menunjukkan sifat di mana aktiva yang bersangkutan
dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama tetapi untuk tujuan
akuntansi jangka waktu penggunaan ini dibatasi menjadi lebih dari satu periode
akuntansi sehingga aktiva berwujud yang umumnya lebih dari satu periode
akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud. Aktiva tetap berwujud
yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti
tanah, bangunan, mesin-mesin dan alat-alat, kendaraan, mebelair dan Iain-lain.
Dari bermacam-macam aktiva tetap berwujud akuntansi mengelompokannya sebagai
berikut: a. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan,
mesin, peralatan, kendaraan dan Iain-lain. b. Aktiva tetap yang umurnya tidak
terbatas seperti tanah untuk usaha c. Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan
apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang
sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan Iain-lain.
7.2 Perolehan Aktiva Tetap Aktiva
tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-masing cara
perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Adapun cara perolehan
aktiva tetap adalah sebagai berikut : 1. Pembelian Tunai. Aktiva tetap
berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan
jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk
memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan
agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi
asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya
percobaan. Semua biaya-biaya di atas dikapitalisasi sebagai harga perolehan
aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka
potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak
memandang apakah potongan itu didapat atau tidak.
8. AKTIVA TIDAK
BERWUJUD
Paten, hak cipta, merek dagang,
franchise dan goodwill merupakan aktiva jangka panjangyang bermanfaat bagi
perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva-aktiva ini dinamakan Aktiva tidak
berwujud, karena tidak terlihat secara fisik.
8.1 Pengertian Aktiva Tidak
Berwujud
Aktiva tidak Berwujud adalah
aktiva yang tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini dapat berbentuk hak-hak
khusus yang diharapkan menyumbang pendapatan yangh diperoleh perusahaan. Pada
umumnya aktiva tidak berwujud mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun.
Dalam akuntansi yang termasuk aktiva tidak berwujud antara lain Hak Paten, Hak
cipta, merek dagang, franchise, kontrak sewa dan goodwill.
9. PENYUSUTAN
Depresiasi adalah sebagian dari
harga peolehan aktiva tetap secara sistematis akan dialokasikan menjadi biaya
setiap periode akuntansi sedangkan deplesi adalah berkurangnya harga perolehan
sumber-sumber alam yang disebabkan oleh pengolahan sumber-sumber alam tersebut
menjadi persediaan
9.1 Penyusutan (Depresiasi)
Secara berangsur-angsur aktiva
yang dipakai walaupun telah dilakukan perbaikan nanti, suatu saat harus
disingkirkan karena tidak dapat dipergunakan. Karena itu harga perolehan dari
aktiva tersebut secara sistematis dialokasikan menjadi biaya untuk setiap
periode akuntansi. Pengalokasian ini ditetapkan menurut umur dari aktiva
tersebut.
Penyusutan (depresiasi)
menyatakan taksiran mengenai penurunan jasa-jasa potesial dari aktiva selama
umurnya. Jelaslah bahwa penyusutan tidak dipakai untuk menyatakan penurunan
nilai pasar dan juga tidak pula menyatakan perubahan fisik. Istilah depresiasi
khusus digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva tetap
berwujud yang dapat diganti, sepert gedung, mesin, peralatan, dan lain-lain.
Istilah ini tidak dapat dipergunakan untuk menyatakan biaya untuk pemakaian
aktiva-aktiva yang aus yang disebut deplesi dan juga tidak untuk aktiva tak
berwujud yang disebut amortisasi. Istilah ini tidak pula dapat diterapkan untuk
berkurangnya nilai aktiva akibat ketinggalan mode atau usang,
penurunan/kemerosotan, dan kegugusan.
10 UTANG JANGKA PENDEK
Utang-utang yang
menjadi kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan dalam
dua kelompok yaitu
utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Pada
prinsipnya utang akan
dicantumkan sebesar nilai tunai dari utang-utang
tersebut, tetapi pada
umumnya utang jangka pendek akan dicantumkan
dengan jumlah sebesar
nilai nominalnya
10.1
Definisi Utang
Definisi utang adalah
pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan
datang yang mungkin
terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa
kini untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di
masa yang akan datang
sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu.
Utang-utang yang
menjadi kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan dalam
dua kelompok yaitu
utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Pada
prinsipnya utang akan
dicantumkan sebesar nilai tunai dari utang-utang
tersebut, tetapi pada
umumnya utang jangka pendek akan dicantumkan
dengan jumlah sebesar
nilai nominalnya. Penyimpangan ini dilakukan dengan
dasar anggapan bahwa
selisih antara nilai nominal dengan nilai tunainya relatif
kecil.
Batasan yang biasa
digunakan untuk mengelompokkan utang adalah
jangka waktu
pembayaran utang-utang tersebut. Apabila utang-utang itu akan
dibayar dalam jangka
waktu siklus operasi perusahaan atau dalam waktu satu
tahun maka
dikelompokkan sebagai utang jangka pendek. Karena siklus usaha
perusahaan itu
berbeda-beda, maka batasan dari utang jangka pendek adalah
sebagai berikut :
Suatu kewajiban akan dikelompokkan sebagai utang jangka
pendek apabila
pelunasannya akan dilakukan dengan menggunakan sumbersumber
aktiva lancar atau
dengan menimbulkan utang jangka pendek yang
baru.
10.2
Taksiran Utang
Biasanya jumlah
kewajiban dari suatu utang sudah dapat ditentukan,
baik dari kontrak
maupun dari perhitungan dengan dasar suatu tarif tertentu.
Akan tetapi tidak
semua utang dapat ditentukan jumlahnya, kadang-kadang
terdapat utang-utang
yang sudah jelas harus dibayar, tetapi pada tanggal
neraca jumlahnya
masih belum pasti. Karena jumlahnya masih belum jelas,
tetapi kewajibannya
sudah«pasti maka pada tanggal neraca dilakukan
perhitungan jumlah
kewajiban dengan cara taksiran.
Taksiran utang ini
mungkin dikelompokkan sebagai utang jangka
pendek atau jangka
panjang, tergantung pada saat pelunasan utang tersebut.
Jika pelunasannya
segera, maka dikelompokkan sebagai utang jangka pendek,
tetapi jika
pelunasannya akan dilakukan beberapa periode yang akan datang
maka dikelompokkan
sebagai utang jangka panjang.
10.3
Utang Bersyarat (Contingent Liabilities)
Utang-utang bersyarat
merupakan utang-utang yang sampai pada
tanggal neraca masih
belum pasti apakah akan menjadi kewajiban atau tidak.
Utang-utang semacam
ini timbul akibat kegiatan di masa yang lalu. Untuk
menentukan apakah
suatu utang itu merupakan utang bersyarat atau taksiran
utang, dasarnya
adalah kepastian timbulnya kewajiban. Jika kewajiban
membayar itu pasti
timbul, walaupun jumlahnya belum pasti maka utang jenis
ini merupakan
taksiran utang. Tetapi jika kewajiban membayar itu masih
belum pasti, mungkin
jumlahnya sudah pasti atau mungkin juga belum pasti,
maka utang-utang
seperti ini merupakan utang-utang bersyarat. Jadi
sesungguhnya
perbedaan yang ada di antara taksiran utang dengan utang
bersyarat adalah
kepastian timbulnya kewajiban membayar dan bukannya
mengenai kepastian
jumlahnya. Yang termasuk dalam utang-utang bersyarat
adalah:
(a) Piutang wesel
didiskontokan dan piutang dijaminkan.
(b) Endorsemen
bersyarat atas wesel-wesel.
(c) Sengketa hukum.
(d) Tambahan pajak
yang belum jelas kepastiannya.
(e) Jaminan terhadap
utang anak perusahaan.
(f) Garansi terhadap
penurunan harga barang-barang yang dijual.
Utang bersyarat dalam
neraca bisa ditunjukkan dengan catatan kaki
atau dilaporkan
dengan judul tersendiri, tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan
utang-utang yang
lain.
11. UTANG
JANGKA PANJANG
Utang jangka panjang
digunakan untuk menunjukkan utang-utang yang
pelunasannya akan
dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau akan
dilunasi dari
sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar. Utang
jangka panjang timbul
karena adanya kebutuhan dana untuk pembelian
tambahan aktiva tetap,
menaikkan jumlah modal kerja permanen, membeli
perusahaan lain atau
dimungkinkan untuk melunasi utang-utang yang lain.
11.1
Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang
adalah utang-utang yang pelunasannya akan
dilakukan dalam waktu
lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumbersumber
yang bukan dari
kelompok aktiva lancar. Jenis utang jangka panjang
diantaranya adalah
utang obligasi, utang wesel jangka panjang, utang hipotik,
uang muka dari
perusahaan afiliasi, utang kredit bank jangka panjang dan Iainlain.
Utang jangka panjang
timbul karena adanya kebutuhan dana untuk
pembelian tambahan
aktiva tetap, menaikkan jumlah modal kerja permanen,
membeli perusahaan
lain atau dimungkinkan untuk melunasi utang-utang yang
lain.
11.2
Utang Obligasi
Apabila perusahaan
membutuhkan tambahan modal kerja tetapi tidak
dapat melakukan emisi
saham baru, dapat dipenuhi dengan cara mencari utang
jangka panjang. Dalam
hal sulit mencari utang yang jumlahnya besar dari satu
sumber, perusahaan
dapat mengeluarkan surat obligasi. Surat obligasi ini akan
dapat dijual bila
reputasi perusahaan cukup baik dan dipandang akan dapat
tetap berdiri selama
jangka waktu beredarnya obligasi tersebut. Harga jual
obligasi tergantung
pada tarif bunga obligasi. Semakin besar bunganya, harga
jual obligasi
tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah
tingkat bunga
obligasi harga jualnya akan semakin rendah. Pengeluaran obligasi
dari suatu perusahaan
dapat dilakukan dengan cara penjualan langsung atau
melalui
lembaga-tembaga keuangan.
Obligasi yang
dikeluarkan dicatat dalam rekeningnya sebesar nilai
nominal. Dalam hal
harga jual obligasi tidak sama dengan nominal, selisihnya
dicatat tersendiri
yaitu bila dijual di atas nominal selisihnya dicatat dalam
rekening agio
obligasi, jika harga jualnya di bawah nilai nominal, selisihnya
dicatat dalam
rekening disagio obligasi.
Biaya penjualan
obligasi diperhitungkan sebagai pengurang harga jual
dan tidak dicatat
dalam rekening tersendiri. Apabila obligasi itu dikeluarkan
untuk menukar aktiva
tetap, pencatatannya dilakukan dengan jumlah sebesar
harga jual obligasi.
Harga jual ini dicatat sebagai harga perolehan aktiva tetap.
Jika harga jual
obligasi tidak dapat diketahui, pencatatan dapat menggunakan
jumlah harga pasar
(harga penilaian) aktiva tetap. Kalau harga jual obligasi atau
harga pasar aktiva
tetap yang dijadikan dasar pencatatan utang obligasi itu
tidak sama dengan
nilai nominal obligasi, selisihnya dicatat dalam rekening agio
atau
disagio obligasi.
12 LABA DITAHAN DAN DEVIDEN
Laba ditahan
merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu
kumpulan laba dan
rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi deviden yang
dibagi dan jumlah
yang dipindahkan ke rekening modal. Laba rugi ini dapat
berasal' dari laba
rugi usaha, laba rugi kegiatan yang tidak rutin dan koreksi
atas laba tahun-tahun
lalu, bila rekening laba ditahan menunjukkan saldo debit
maka disebut defisit.
12.1 Laba Di Tahan
Laba ditahan
merupakan elemen modal perseroan terbatas dan
merupakan modal yang
berasal dari dalam perusahaan yaitu kumpulan laba
dan rugi sampai saat
tertentu sesudah dikurangi deviden yang dibagi dan
jumlah yang
dipindahkan ke rekening modal. Laba rugi berasal dari laba rugi
usaha, laba rugi
kegiatan yang tidak rutin seperti laba penjualan aktiva tetap,
dan koreksi atas laba
tahun-tahun lalu. Apabila rekening laba ditahan
menunjukkan saldo
debit maka disebut defisit.
Laba ditahan dapat
digunakan untuk beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Pembagian deviden.
2. Pembelian treasury
stock.
3. Pembatasan laba
ditahan untuk tujuan-tujuan tertentu (appropriations).
4. Rekapitalisasi.
5. Penyerapan
kerugian.
Pencatatan laba
ditahan hendaknya dipisahkan dari modal disetor agar
dapat diketahui
sumber masing-masing modal. Walaupun laba ditahan itu
sebagian jumlahnya
sudah dibatasi penggunaannya, tetapi keduanya tetap
termasuk dalam jumlah
laba ditahan. Dalam neraca jumlah laba ditahan terdiri
dari dua golongan
rekening yaitu:
a) Laba ditahan yang
masih bebas
b) Laba ditahan yang
sudah mempunyai tujuan penggunaan.
Apabila perusahaan
mengadakan kuasi reorganisasi di mana defisit yang ada
dihapuskan dengan
cara menurunkan nilai nominal saham, maka laba yang
diperoleh sesudah
adanya reorganisasi semu harus diberi tanda sehingga
dapat diketahui bahwa
laba ditahan itu merupakan hasil usaha sesudah adanya
reorganisasi semu.
12.2 Deviden
Yang dimaksud dengan
deviden adalah pembagian kepada pemegang
saham perseroan
terbatas yang sebanding dengan jumlah lembar yang
dimiliki. Biasanya
deviden dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi
kadang-kadang
diadakan pembagian deviden tambahan pada waktu yang bukan
biasanya. Apabila
deviden yang dibagikan itu berbentuk selain uang tunai maka
akan dicatat dengan judul
yang sesuai. Jika digunakan istilah deviden saja, maka
yang dimaksudkan
adalah deviden kas. Deviden yang dibagi oleh perusahaan
bisa mempunyai beberapa
bentuk sebagai berikut:
a) Deviden kas.
b) Deviden aktiva
selain kas (property devidends).
c) Deviden utang
(scrip devidends).
d) Deviden likuidasi.
e) Deviden saham.
Copyright
@ 2009 Telkom Polytechnic. All rights reserved
Betway Casino Bonus Code | Get 125 Free Spins
BalasHapusGet 125 chances to win up to ₹4,500 in bonuses on your first 삼척 출장안마 deposit! 문경 출장마사지 All you 서울특별 출장안마 need to do is deposit and play 강릉 출장안마 at 제주도 출장안마 Betway.